Senin, Juli 18, 2011

Ronde di ICU

Pembimbing saat ronde di RSMP Palembang
di ruang ICU-ICCU
Bu' Ns. Desy, S.Kep
Pak Husin, Ns, S.Kep
Pak Mawan
Bu' Hj. Sutini, Am.kep

ini dia prajurit ronde com-cer
KELOMPOK 3
samsul, S.Kep
Wa2n, S.Kep
Eka, S.Kep
Maryana, S.Kep
Rianita, S.Kep
Nirma, S.Kep
MaryaM, S.kep

implementasi PenKes by : Rianita, S.Kep
Implemtasi memberikan tetes telinga dan injeksi oleh W2n .S.Kep
Implemtasi Injeksi oleh eka en W2n
Penyampaian hasil askep yang di sampaikan oleh Nirma, S.kep
Ronde di moderatori oleh Samsul, S.Kep dan Notulen Maryan, S.Kep
Dokumetasi Oleh Maryam, S.kep
nich dia pose raih2 yang ngatuk karena abis dinas malam, pagi lanjut ronde ehm coba tebak siapa yang mata_nya rada2 sembab, tapi kira2 mandi dk yoch????
ehm,,psti sempat dunk mandi walaupun cuma mandi be2k gkgkg....
namnya juga mahasiswa,,,harus banyak resiko..yang harus di emban...



SALAM SUKSES
CO-NERS 2011

Sabtu, Juli 16, 2011

Anatomi dan Fisiologi Sistem Urinaria

SISTEM PERKEMIHAN

Sistem perkemihan memiliki fungsi:
1. Keseimbangan transportasi air dan zat terlarut
2. Ekskresi zat buangan
3. Menyimpan nutrien
4. Mengatur keseimbangan asam basa
5. Mensekresi hormon yang membantu mengatur tekanan darah, erithropoietin dan metabolisme kalsium
6. Membentuk urin

Sistem perkemihan disebut juga urinary sistem atau renal system. Terdiri dari:
1. Dua buah ginjal yang membuang zat-zat sisa metabolisme atau zat yang berlebihan dalam tubuh serta membentuk urin.
2. Dua buah ureter yang mentransport urin ke kandung kencing/bladder.
3. Kandung kencing/bladder: tempat penampungan urin
4. Uretra : saluran yang mengalirkan urine dari bladder/kandung kencing keluar tubuh

Ginjal memfiltrasi ±1700 liter darah/ 24 jam. Satu ginjal memiliki ± 1 juta nefron. Kegiatan nefron dalam mengontrol regulasi :
1. Filtrasi air dan zat terlarut dari darah
2. Reabsorpsi secara selektif zat-zat yang terlarut untuk dikembalikan kedalam darah untuk menjaga keseimbangan konsentrasi dalam darah
3. Ekresi produk buangan kedalam urine

ANATOMI GINJAL
Secara anatomis, ukuran ginjal ± panjang = 11,25 cm, lebar = 5 cm, tebal = 2,5 cm. Posisi di T12 – L3 dibelakang abdomen, Posisi ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri karena terdesak oleh hepar


Lapisan-lapisan pembungkus ginjal :
1. Bagian dalam : capsula renalis yang berlanjut dengan lapisan permukaan ureter
2. Bagian tengah : capsula adiposa yang merupakan jaringan lemak untuk melindungi ginjal dari trauma
3. Bagian luar : Fascia renalis (jaringan ikat) yang membungkus ginjal dan menghubungkannya dg dinding abdomen posterior. Jaringan flexibel memungkinkan ginjal bergerak dengan lembut saat diafragma bergerak waktu bernafas, mencegah penyebarab infeksi dari ginjal ke yang lain.

ANATOMI INTERNAL
Dari dalam keluar: Renal Pelvis, Medulla dan Korteks
1. Renal pelvis merupakan ruang penampung yang besar yang menghubungkan medula dengan ureter. Renal pelvis Memiliki percabangan yaitu kaliks mayor dan kaliks minor. Masing-masing ginjal memiliki sekitar 2-3 kaliks mayor dan 8-18 kaliks minor
2. Medulla renalis merupakan bagian tengah gunjal, terdiri dari 8-18 piramida. Bagian apeks dari piramida adalah papilla . Piramida terdiri dari tubulus dan duktus kolektifus dari nefron. Tubulus pada piramida berperan dalam reabsorpsi zat-zat yang terfiltrasi. Urin berjalan dari medulla ke kaliks minor, kaliks mayor dan renal pelvis. Dari renal pelvis urin ke ureter dan masuk kandung kencing.
3. Cortex renalis : paling luar dari ginjal terdiri dari area kortikal dan area juxtamedullari. Mempunyai kapiler-kapiler menembus medula melalui piramid membentuk renal kolum. Kolum terdiri dari tubulus ginjal yang mengalirkan urin ke kalliks minor.






SUPLAI DARAH
Sekitar 20 -25 % cardiac output lari ke ginjal. 1,2 liter darah lewat ke ginjal/mnt. Kegiatan filtrasi darah yang masuk ke ginjal dalam tubuh 60x/hari







PERSYARAFAN :
Dari plexus renalis susunan saraf otonom masuk lewat hillus dan melakukan Innervasi pada otot polos di afferen & efferen arteriol. Suplai vasomotor ini lebih untuk vasoconstriktor. pada umumnya afferen lebih sering kontraksi daripada efferen. Perubahan posisi fisik, stress meningkatkan vasomotor. Syaraf vasomotor membantu untuk kontrol fungsi ginjal dengan mengatur tekanan darah di glomerulus. Pada laki-laki syaraf di ginjal berhubungan/ berkomunikasi dengan syaraf di testis sehingga gangguan pada ginjal dapat menyebabkan gangguan dengan terasa nyeri diatas testis.
NEFRON :
Nefron merupakan unit fungsional pada ginjal. Masing-masing ginjal memiliki sekitar 1 juta nefron, nefron terdiri lima komponen:
1. Kapsula bowman dan glomerulus merupakan tempat terjadinya filtrasi
2. Tubulus proksimal: tempat reabsorpsi dan beberapa sekresi
3. Lengkung henle: Tempat pengenceran dan pemekatan urin terjadi
4. Tubulus distal: Reabsorpsi dan lebih banyak sekresi.
5. Duktus kolektifus: Pemekatan urin dan menyalurkan urin ke renal pelvis.
Secara garis besar dikatakan bahwa nefron terdiri atas dua komponen yaitu komponen tubular yang terdiri dari glomerulus sampai dengan tubulus exretori dan komponen vascular yang terdiri dari kapiler glomerulus & kapiler.

Filtrasi darah di renal melewati 3 lapis :
Lap 1 : Lapisan endotel yang mengandung lubang-lubang tipis yang disebut jendela
Lap 2 : Basemen membran seperti basemen kapiler merupakan fibrous protein
Lap 3 : lap viseral glomerulus kapsul & sel podocyte. Podocyte ukurannya besar-besar dan seperti tangan punya jari-jari, disebut foot processes atau pedicels.



peritubular.
Pembentukan urin dalam nefron elalui tiga proses yaitu filtrasi Glomerulus, reabsorpsi tubulus dan sekresi tubulus.

Filtrasi Glomerulus
Filtrasi glomerulus merupakan proses yang pasif, tidak selektif, dimana cairan dan zat-zat terlarutnya terdorong melalui membran semi permeabel melalui tekana hidrostatik. Sejumlah volume cairan yang terfiltrasi dari darah ke dalam kapsula bowman dalam setiap menitnya disebut dengan glomerular filtration rate (GFR). GFR dipengaruhi oleh tiga faktor:
1. Total permukaan yang memungkinkan untuk proses filtrasi
2. Permeabilitas membran filtrasi
3. Total tekanan filtrasi

Tekanan filtrasi ditentukan oleh kekuatan tekanan yaitu tekanan hidrostatik yang mendorong dan tekanan osmotik yang menarik. Perbedaan kedua tekanan tersebut yang menentukan tekanan total dari tekanan filtrasi.

GFR normal pada orang dewasa adalah 120-125 ml/menit. Keadaan tersebut dipertahankan tetap oleh kontrol intrinsik yang disebut dengan autoregulasi renal. Autoregulasi dicapai dengan beberapa mekanisme yaitu: mekanisme myogenik yang mengontrol diameter arteriol afferen yang berespon terhadap perubahan tekanan pada pembuluh darah. Tekanan darah yang meningkat menyebabkan pembuluh darah renal kontriksi.

Kontrol intrinsik yang lain adalah mekanisme renin-angiotensin. Sel khusus yang disebut dengan aparatus jukstaglomerullus yang berada di tubulus distal. Renin dikeluarkan oleh sel jukstaglomerulus kebanyakan dipacu oleh adanya penurunan tekanan dalam sistem sirkulasi.

Filtrasi glomerulus juga dikontrol oleh mekanisme ekstrinsik melalui sistem syaraf simpatis. Dalam keadaan gawat atau stress, sistem syaraf simpatis menyebabkan vasokonstriksi yang kuat pada arteriol afferen dan menghambat pembentukan filtrt. Sistem syaraf simpatis merangsang sel jukstaglomerulus untuk melepaskan renin yang nantinya akan meningkatkan tekanan darah sistemik.

Reabsorpsi Tubulus
Pada ginjal yang sehat, nutrien organik seperti asam amino dan glukosa direabsorpsi. Kecepatan dan banyaknya air yang direabsorpsi tergantung dari respon ginjal terhadap hormon-hormon yang berperan. Proses reabsorpsi berbagai zat dapat berlangsung secara aktif diantaranya adalah glukosa, asam amino, laktat, vitamin, sebagian besar ion.

Sekresi Tubulus
Banyak zat seperti hidrogen, kalium kreatinin, amonia, dan asam organik berpindah dari darah di kapiler peritubular kedalam tubulus sebagai filtrat. Zat lain yang disekrsikan juga seperti obat-obatan dan zat-zat lain yang tidak dibutuhkan ole tubuh. Proses sekresi ini juga penting dalam mengatur keseimbangan asam basa.

Mempertahankan volume dan komposisi urin normal
Proses mempertahankan komposisi dan volume urin normal terjadi melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Bagian dsenden lengkung henle lebih permeabel terhadap air, natrium dan klorida, masuk melalui proses diffusi. Bagian interstisial yang hiperosmotik menyebabkan air bergerak keluar dari bagian desenden sehingga filtrat menjadi lebih pekat.
2. Lumen bagian asenden lengkung henle impermeabel terhadap air, tetapi dapat dilewati oleh natrium dan klorida masuk ke interstisial di medula. Dengan demikian filtrat di medula menjadi hipoosmotik dan interstisial menjadi hiperosmotik. bagian dalam medula, ar
3. Saat filtrat melewati bagian asenden lengkung henle dan memasuki tubulus distal, natrium dan klorida dikeluarkan/berpindah sedangkan air ditahan sehingga filtrat menjadi lebih encer
4. Saat filtrat melewati ar kan air.

















Urin terdiri dari sebagian besar volumenya sekitar 95% adalah air dan 5% zat terlarutnya. Jumlah terbesar zat terlarut adalah urea. Zat terlatur lain adalah natrium, kalium, fosfat, sulfat, kreatinin, asam urat, kalsium, magnesium dan bikaarbonat.
Pada orang dewasa yang sehat, produksi urin dalam sehari jumlahnya sangat bervariasi dari yang paling sedikitnya 300 ml saat tubuh tidak mendapatkan asupan air atau saat tubuh kehilangan bnayak air sampai 23 liter pada keadaan banyak minum. Pada keadaan sehat, volume urin tidak memungkinkan dibawah 300 ml karena volume ini merupakan jumlah minimal yang dibutuhkan untuk urin dapat mengeluarkan zat-zat buangan yang berbahaya.
AUTO REGULASI
Auto regulasi proporsional pada TD sistole 90-250 mmHg
MAP = Sistolik + 2 Diastolik
3
Normal = 70-100 mmHg

Meningkatnya MAP akan menyebabkan negatif feedback otomatis sehingga terjadi kontriksi afferen. Aliran plasma menuju ginjal = 650 ml/mnt. Laju Filtrasi Glomerulus 125 ml/mnt, 180 L/ hari, 4,5 x total cairan, 800 – 1500 ml urine/ hari.

Volume urin rata-rata dalam keadaan sehat adalah 1500 ml.
Input dan output cairan normal dalam tubuh.
Input (ml) Output (ml)
Air 1500 Urin 1500
Makanan 500 IWL: paru-paru 400
Air metabolieme 400 IWL: kulit 400
Feses 100
Total 2400 Total 2400

Kadar natrium dan volume air diatur oleh 3 hormon yaitu:
1. ADH
2. Aldosteron
3. Atrial Natriuretic peptide
ADH disekresi dari hipofisis anterior sebagai respon dari adanya peningkatan osmolalitas plasma. Osmoreseptor yang ada dihipotalamus mendeteksi walaupun sangat kecil adanya perubahan osmolalitas plasma dan mengirimkan sinyalnya ke hipofisis anterior untuk mensekresi ADH. Kadar natrium mempengaruhi sekitar 95% terhadap osmolalitas cairan ekstraseluler maka konsentrasi natrium pada cairan ekstraseluler sangat nyata mempengaruhi sekresi ADH. Reseptor ADH ditemukan juga di duktus kolektivus dan ADH berperan untuk membuka saluran air disini sehingga memungkinkan air berdiffusi ke interstisial.
Aldosteron adalah hormon steroid yang disekresikan oleh korteks adrenal. Ia mempengaruhi tubulus distal. Semakin banyak aldosteron disekresi maka semakin banyak natrium di reabs orpsi. Sekresi aldosteron tidak seperti ADH yang dipengaruhi oleh osmolalitas plasma, aldosteron tidak dipicu oleh osmolalitas plasma tetapi diatur oleh peptida, angiotensin II.
Atrial Natriuretik Peptide. Peptida ini disekresikan dari sel natrium jantung sebagai respon dari peningkatan regangan pada atrium. Peptida ini memiliki 5 efek antara lain:
a. Menghambat sekresi aldosteron
b. Mengurangi pelepasan renin oleh ginjal
c. Mengurangi pelepasan ADH oleh hipofisis posterior
d. Vasodilatasi
e. Natriuresis dan diuresis.

Aldosteron dan kontrol kadar kalium.
Kalium terfiltrasi secara bebas di glomerulus dan 65% direabsorpsi di tubulus proksimal. Sekresi kallium juga dikaitkan dengan natrium dan ion hidrogen. Tidak seperti pengaturan natrium, saat aldosteron hanya salah satu faktor dalam pengatran kadar natrium, hanya hormon aldosteron yang terlibat dalam pengaturan kalium dan memiliki peran yang sangat penting. Peningkatan kadar kalium sedikit saja di ekstraseluler secara langsung merangsang sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Efek aldosteron di tubulus distal adalah meningkatkan sekresi kalium kedalam urin. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh peningkatan kadar kalium ekstraseluler secara kuat dikontrol oleh mekanisme umpan balik. Saat konsentrasi kalium normal kembali maka stimulus untuk melepaskan aldosteron terhenti dengan cepat.
Aldosteron meningkatkan reabsorpsi natrium dalam pertukaran dengan kalium atau hidrogen. Jika ion alium dibutuhkan untuk banyak disekresi maka sedikit ion hidrogen yang dapat disekresi dan demikian sebaliknya. Di klinis fenomena ini menghasilkan suatu hubungan antara metabolik asidosis dengan hiperkalemia atau sebaliknya metabolik alakalosis dengan hipokalemia. Saat pasien mengalami asidosis maka tubulus distal akan meningkatkan kecepatan sekresi ion hidrogen (untuk mencegah jatuhnya pH plasma) dengan mengurangi kecepatan sekresi ion kalium sehingga terjadi retensi ion klaium dlam darah yang menyebabkan hiperkalemia.


Peran hormon paratiroid,vitamin D dan kalsitonin dalam pengaturan keseimbangan kalsium dan posfat di ginjal.

1. Dua pengatur utama keseimbangan kalisum dan posfat adalah hormon paratiroid dan vitamin D. Kalsium dan posfat dapat memasuki plasma dari usus dan tulang. Kalsium dan posfat dapat meninggalkan plasma dengan redeposisi di tulang atau dikeluarkannya oleh ginjal. Pengeluaran hormon paratiroid dikeluarkan oleh menurunnya kadar kalisum plasma dan berkurang saat kadar kalsium plasma meningkat. Efek utamanya adalah meningkatkan kadar kalisum plasma dengan cara meninkatkan pemecahan di tulang, melepaskan ion kalisum.
Efek vitamin D dan paratiroid dalam meningkatkan kadar kalisum plasma diatur sedemikian rupa dengan sangat hati-hati melalui umpan balik negatif untuk mencegah kadar kalsium yang terlalu tinggi.
Jika kadar kalsium scera tiba-tiba meningkat (setelah mengkonsumsi makanan dengan kadar kalsium tinggi) maka kalsitonin dirangsang untuk dilepaskan dari kelenjar tiroid yang menyebabkan kalsium di redeposisi di tulang. Efek hormon ini cepat dan elatif bekerja dalam waktu yang singkat. Peranan ion kalisum sangat penting dalam pengaturan sistem persyarafan dan otot serta dalam pembekuan darah.

Pembersihan produk-produk buangan.
Ginjal mampu mengeluarkan produk buangan yang larut dalam air dan beberapa zat kimia dari tubuh. Proses tersebut disebut dengan renal plasma clearance yaitu kemampuan ginjal untuk membersihkan zat buangan dalam satu menit.
Ginjal membersihkan sekitar 25-30 gr urea (zat buangan nitrogen yang dibentuk di hati dari pemecahan asam amino) sehari. Membersihkan kreatinin (produk akhir dari kreatinin fosfat yang di temukan di otot rangka), membersihkan asam urat (sisa metabolik nucleic acid), membuang amonia, toksin bakteri dan obat-obat yang larut dalam air.

Hormon dan Nutrien di Ginjal
1. Vitamin D penting dalam proses reabsorpsi kaliasum dan fosfat di usus halus. Vitamin D memasuki tubuh dalam bentuk inaktif dari diet atau dari perubahan kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet di kulit. Aktivasi vitamin ini terjadi melalui dua tahap: yan gpertama di hati dan yang kedua di ginjal. Pada tahapan yang terjadi di ginjal distimulasi oleh hormon paratiroid sebagai respon dari penurunan kadar kalisum plasma.
2. Eritropoietin yang merangsang sumsum tulang memproduksi sel darah merah sebagai respon adanya hipoksia jaringan. Proses yang merangsang pengeluaran eritropoietin di ginjal adalah penurunan kadar oksigen sel ginjal.





















Anatomi Ureter
Ureter memiliki panjang sekitar 25-30 cm. Ureter berfungsi mentransport urin dari ginjal ke kandung kemih. Terdiri dari tiga lapis yaitu epitel mukosa pada bagian dalam, otot polos pada bagian tengah dan jaringan ikat pada bagian luar.

Anatomi kandung kecing
Kandung kencing/kandung kemih terletak dibelakang simpisis pubis, berfungsi menampung urin untuk sementara waktu. Terdapat segitiga bayangan yang terdiri atas 3 lubang yaitu 2 lubang ureter dan satu lubang uretra pada dasar kandunng kemih yang disebut dengan trigonum/trigon. Lapisan dinding kandung kencing (dari dalam keluar): lapisan mukosa, submukosa, otot polos dan lapisan fibrosa.Lapisan otot disebut dengan otot detrusor. Otot longitudinal pada bagian dalam dan luar dan lapisan sirkular pada bagian tengah.
Ukuran kandung kencing berbeda-beda. Pda usia dewasa kandung kencing mampu memnampung sekitar 300-500 ml urin. Pada keadaan tertentu kandung kencing dapat menampung dua kali lipat lebih jumlah keadaan normal.
Anatomi uretra
Uretra merupakan saluran yang mengeluarkan urin keluar tubuh. Uretra terbentang dari dasar kandung kencing ke orifisium uretra eksterna. Pada laki-laki panjangnya sekitar 20 cm sedangkan pada wanita panjangnya sekitar 3-5 cm.
MIKSI/BERKEMIH/BUANG AIR KECIL
Miksi merupakan proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Dua langkah utama yaitu: jika kandung kemih terisi secara progresif sampai tegangan dindingnya meningkat diatas nilai ambang akan mencetuskan refleks miksi dan refleks miksi akan berusaha mengosongkan kandung kemih, menimbulkan kesadaran akan keinginan berkemih. Meskipun refleks miksi adalah autonom medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.
Persyarafan Kandung kemih:
Persyarafan utama kandung kemih adalah nervus pelvikus yang berhubungan dengan medulla spinalis melalui pleksus sakralis terutama berhubungan dengan medulla spinalis segmen S2 dan S3. Serat sensorik mendeteksi derajat regangan pada dinding kandung kemih. Saraf mototrik yang menjalar dalam nervus pelvikus adalah serat parasimpatis.
Selain nervus pelvikus terdapat dua tipe persyarafan lain yang penting untuk kandung kemih yaitu serat otot lurik yang berjalan melalui nervus pudendal menuju sfingter eksternus. Ini adalah serat saraf somatik yang mempersyarafi dan mengontrol otot lurik pada sfingter. Kandung kemih juga menerima syaraf simpatis dari rangkaian simpatis melalui nervus hipogastrikus terutama berhubungan dengan segmen L2 medulla spinalis. Serat simpatis ini merangsang pembuluh darah dan sedikit mempengaruhi kontraksi kandung kemih. Beberapa serat syaraf sensorik juga berjalan melalui syaraf simpatis dan penting dalam menimbulkan sensasi rasa penuh dan rasa nyeri
Urin yang terbentuk sepanjang perjalanannya dari glomerulus sampai dengan duktus kollektivus akan memasuki kaliks minor, kaliks mayor dan pelvic ginjal. Setelah terkumpul di pelvic ginjal urin masuk ke ureter dan dengan pergerakan peristaltik dari ureter urin dikirim ke vesika urinaria untuk disimpan sementara sampai saatnya di keluarkan. Pengeluaran urin diatur oleh refleks mikturisi dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Sejumlah urin (sekitar 200-300 ml) akan menyebabkan regangan pada kandung kencing.
2. Regangan akan merangsang reseptor regangan, sinyal akan diteruskan melalui syaraf afferen kenervus pelvikus di medulla spinalis.
3. Di medulla spinalis sinyal akan diteruskan ke nervus motorik parasimpatis dan melalui interneuron di bawa ke hipotalamus yang akan dihantarkan ke otak sehingga manusia mempersepsikan keinginan untuk BAK.
4. Sinyal dari nervus motorik parasimpatis akan dibawa oleh saraf efferen ke otot detrusor dan menstimulasi otot tersebut untuk berkontraksi.
5. Kontraksi otot detrusor menyebabkan semakin meningkatnya tekanan di kandung kemih, tetapi urin tidak keluar sampai spingter internal dan eksternal relaksasi (Relaksasi spingter uretra internal dan eksternal ini di bawah kontrol volunter).
6. Ketika volume urin di kandung kemih meningkat sampai dengan 500 ml akan meningkatkan rangsangan pada reseptor regangan sehingga sensasi semakin kuat.
7. Refleks yang dihasilkan cukup kuat untuk membuka spingter uretra internal terbuka sehingga spingter uretra eksternalpun terangsang relaksasi dan terjadilah pengeluaran urin.
8. Diakhir proses mikisi kurnag dari 10 ml urin akan tetap berada di kandung kemih.

Alat-alat di Ruang ICU

MRI
CT-Scan

Perhitungan Cardiothoracic Ratio (CTR)

Ada pemeriksaan radiologi khususnya Thorax, kadang-kadang ditemukan dimana ukuran bayangan jantung terlihat lebih besar dari biasanya. Meskipun terlihat lebih besar dari biasanya, kita tidak bisa langsung mengatakan bahwa jantung tersebut mengalami pembesaran atau biasa disebut Cardiomegally. Untuk menentukan apakah jantung tersebut mengalami pembesaran, maka diperlukan sebuah perhitungan yang disebut dengan Cardiothoracic Ratio, mau tahu bagaimana pengukurannya....

Sebelum kita mulai dengan Cardiothoracic Ratio, mari kita mulai dari anatomi jantung terlebih dahulu.

Anatomi dan Fisiologi Jantung
Jantung adalah pusat dari sistem kardiovaskuler yang terletak dalam rongga dada diantara 2 paru. Jantung dilapisi oleh sebuah kantung disebut perikardium (kantong fibroserosa), fungsinya adalah membatasi pergerakan jantung dan menyediakan pelumas. Perikardium terletak dalam mediastinum medius, posterior terhadap corpus sterni dan kartilago costae II sampai VI.

Perikardium terdiri dari :
1. Perikardium fibrosum → terletak di bagian luar dan terikat kuat
2. Perikardium serosum (bagian dalam ) terdiri dari :
- lamina parietalis berdekatan dengan perikardium fibrosum
- Lamina visceralis berhubungan erat dengan jantung = epikardium
Ruang diantara lamina parietalis dan visceralis disebut cavitas perikardiak, yang berisi cairan perikardial, berfungsi sebagai pelumas.

Batas jantung
- Batas kanan oleh atrium kanan
- Batas kiri oleh auricula sinistra
- Bawah oleh ventrikel sinistra

Ruang-ruang jantung → dibagi oleh septum vertikal menjadi empat bagian atrium dextra, atrium sinistra, ventrikel dextra dan ventrikel sinistra.

Otot jantung terdiri dari tiga lapisan
1. Endokardium (bagian dalam)
2. Miokardium
3. Epikardium

Otot atrium lebih tipis dibandingkan otot ventrikel. Antara atrium kanan dan ventrikel kanan terdapat katup trikuspidalis (terdiri dari tiga daun katup). Antara atrium kiri dengan ventrikel kiri terdapat katup mitralis ( terdiri dari dua daun katup).

Antara ventrikel kiri dan aorta dan ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis terdapat katup semilunaris ( terdiri dari tiga daun katup). Gerakan katup pada dasarnya adalah pasif, membuat aliran darah menuju kesatu arah.

Otot atrium dan ventrikel berkontraksi dengan cara yg mirip dengan otot rangka, hanya kontraksi otot jantung lebih lama. Umumnya jantung berkontraksi secara ritmik sekitar 70 – 90 denyut/menit pada orang dewasa. Konduksi jantung terdiri atas otot jantung khusus yang terdapat pada nodus sinuatrialis, nodus atrioventrikularis, fasikulus atrioventrikularis (sinistra & dextra) dan sub-endokardial serabut purkinje

Nodus sinoatrial terletak pada dinding atrium dextra dibagian atas tepat disebelah kanan muara vena cava superior. Nodus atrioventrikular terletak di bagian bawah tepat diatas tempat perlekatan septum trikuspidalis. Fasciculus atrioventrikular ( berkas his) merupakan jalur serabut otot jantung yang menghubungkan miokardium atrium dan ventrikel terdiri dari cabang berkas kanan (right bundle branch) dan cabang berkas kiri ( left bundle branch)

Perhitungan Cardiothoracic Ratio (CTR)

Setelah foto thorax PA sudah jadi, maka untuk membuat perhitungan CTR nya kita harus membuat garis-garis yang akan membantu kita dalam perhitungan CTR ini.
1. Buat garis lurus dari pertengahan thorax (mediastinum) mulai dari atas sampai ke bawah thorax.
2. Tentukan titik terluar dari kontur jantung sebelah kanan dan namakan sebagai titik A.
3. Tentukan titik terluar dari kontur jantung sebelah kiri dan namakan sebagai titik B.
4. Buat garis lurus yang menghubungkan antara titik A dan B
5. Tentukan titik terluar bayangan paru kanan dan namakan sebagai titik C.
6. Buat garis lurus yang menghubungkan antara titik C dengan garis mediastinum.
7. Perpotongan antara titik C dengan garis mediastinum namakan sebagai titik D

Jika foto thorax digambar dengan menggunakan aturan di atas maka akan di dapatkan foto thorax yang sudah di beri garis seperti di bawah ini :


Setelah dibuat garis-garis seperti di atas pada foto thorax, selanjutnya kita hitung dengan menggunakan rumus perbandingan sebagai berikut :
Ketentuan : Jika nilai perbandingan di atas nilainya 50% (lebih dari/sama dengan 50% maka dapat dikatakan telah terjadi pembesaran jantung (Cardiomegally)
Contoh :
Pada sebuah foto thorax, setelah dibuat garis-garis untuk menghitung Cardiothoracic Ratio, di dapat nilai-nilai sebagai berikut :
Panjang garis A ke B = 10 cm
Panjang garis C ke D = 15 cm
Dari nilai-nilai di atas, apakah jantun pada pasien tersebut dapat dikategorikan sebagai Cardiomegally atau tidak?

Jawab :
Sesuai dengan rumus perbandingan yang telah dijelaskan, maka kita masukan nilai-nilai tersebut di atas.

karena nilai ratio nya melebihi 50%, maka jantung pasien tersebut dapat dikategorikan Cardiomegally (terjadi pembesaran jantung).

Beberapa Penyebab Cardiomegally
1. Atrial Septal Defect (ASD)
ASD adalah kelainan pada sekat atrium. Ini merupakan kelainan bawaan, dimana 80% - 90% terjadi pada orang dewasa. Wanita 3 kali lebih banyak daripada laki-laki yang memiliki kelainan ASD ini. Pada kasus ASD terjadi pembesaran pada ventrikel kanan dan seluruh bagian dari arteri pulmonaris. Atrium kanan juga mengalami pembesaran, namun pada foto thorax sulit dibedakan dengan pembesaran pada ventrikel kanan.

Contoh Foto Thorax Pada Kasus ASD



2. Mitral Stenosis
Mitral Stenosis merupakan akibat dari rheumatic carditis yang terjadi 5 sampai 10 tahun sebelumnya. Mitral Stenosis akan memperlihatkan pembesaran bayangan jantung dikarenakan terjadi oedema pada arteri pulmonaris. Awalnya rheumatic Mitral Stenosis didistribusikan oleh arteri pulmonaris ke lobus bagian atas dari paru-paru. Kemudian arteri pulmonaris membesar seiring dengan terjadinya hipertensi pada arteri pulmonaris. Pada foto thorax akan tampak membesar atrium kiri, ventrikel kanan dan cabang-cabang dari arteri pulmonaris



3. Left Ventricular Aneurysm (LVA)
LVA adalah aneurisma yang terjadi pada ventrikel kiri. Hal ini disebabkan karena terjadi pembesaran pada ventrikel kiri. Ventrikel kiri ini membesar akibat beberapa penyakit seperti TB, Kalsifikasi Infark atau Asbestos Disease.

sumber : ctr

Jumat, Juli 15, 2011

ASKEP COPD/PPOK

KONSEP DASAR PENYAKIT
1.DEFINISI
COPD adalah sekresi mukoid bronchial yang bertambah secara menetap disertai dengan kecenderungan terjadinya infeksi yang berulang dan penyempitan saluran nafas , batuk produktif selama 3 bulan, dalam jangka waktu 2 tahun berturut-turut (Ovedoff, 2002).
COPD adalah suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai dengan obstruksi aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya (Price & Wilson (2005)
COPD atau yang lebih dikenal dengan PPOM merupakan suatu kumpulan penyakit paru yang menyebabkan obstruksi jalan napas, termasuk bronchitis, empisema, bronkietaksis dan asma.
Bronkhitis kronis dan bronkietasis ditandai dengan pembentukan mucus bronchial yang berlebihan dan batuk yang disebabkan oleh inflamasi kronis bronkiolus dan hipertropi serta hyperplasia kelenjar mukosa, pada empisema, obstruksi jalan napas disebabkan oleh hperinflasi alveoli, kehilangan elastisitas jaringan paru dan penyempitan jalan napas kecil. Asma ditandai oleh penyempitan jalan napas bronchial. PPOM paling sering diakibatkan dari iritasi oleh iritan kimia (industri dan tembakau), polusi udara, atau infeksi saluran pernapasan kambuh ( Carpernito, 1999. hal 110 ).
COPD atau PPOM merupakan suatu kelompok paru yang mengakibatkan obstruksi yang menahun dan persisten dari jalan napas di dalam paru.
Termasuk dalam kelompok ini yaitu : bronkiektasis , bronkhitis menahun, emfisema paru, beberapa batuk dari asma, dan lain-lain. Walaupun masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri tetapi sering secara klinis, radiologik, dan fisiologik terdapat “Overlopping“ satu sama lain sehingga penegakan diagnosis pasti dari pada salah satu penyakit sukar di tetapkan. Secara fungsional semuanya akan mengakibatkan peningkataan tahanan saluran napas. (“airways resistance”). ( Kapita selekta, 1982. hal 218 ).
Penyakit obstruksi menahun (COPD) merupakan penyakit paru yang jelas secara anatomi memberikan tanda kesulitan pernapasan yang mirip yaitu keterbatasan jalan udara yang kronis, terutama beartambahnya resistensi terhadap jalan udara saat ekspirasi. ( Robbins, 1995. hal. 137 ).
Penyakit Paru Obstruksi Kronik [PPOK] adalah penyakit paru dengan terjadinya sumbatan aliran udara pada paru yang berlangsung lama. Dalam istilah Inggrisnya dikenal sebagai Chronic Obstructive Pulmonary Disease [COPD].

2.ANATOMI DAN FISIOLOGI
1)Rongga hidung
Merupakan saluran udara yang pertama, mampunyai dua lubang (kavum nasi), dan dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk kedalam lubang hidung, fungsi hidung adalah bekerja sebagai saluran udara pernapasan sebagai penyaring udara pernapasan yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung dapat menghangatkan udara pernapasan oleh mukosa, membunuh kuman-kuman yang masuk bersama-sama udara pernapasan leukosit yang terdapat di dalam mukosa hidung.
2) Faring.
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan, terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher, keatas berhubungan dengan rongga hidung disebut nasofaring, kedepan berhubungan denga rongga mulut disebut orofaring, kebawah mempunyai dua lubang bagian depan disebut laringofaring, bagian belakang adalah esofagus sebagai saluran pencernaan. Pada lengkungan faring terdapat dua buah tonsil atau amandel yang bersimpulkan kelenjar limfe yang banyak mengandung lymfosit dan juga epiglotis yang berfungsi menutupi laring pada saat menelan makanan.
3) Laring.
Merupakan struktur epitel kartilago berbentuk rangkaian cincin yang meghubungkan faring dengan trakea. Fungsi laring adalah memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melindungi jalan pernapasan bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
4) Trakea.
Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk sepatu kuda dan panjangnya kurang lebih 5 inch. Trakea diliputi oleh selaput lendir yang memiliki silia, berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan. Karina merupakan tempat percabangan trakea menjadi bronkus utama kiri dan kanan. Bagian ini memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika di rangsang.
5) Bronkus.
Merupakan lanjutan dari trakea ada dua buah yang terdapat pada ketinggian vertebral torakalis ke IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel sama. Bronkus-bronkus ini berjalan kebawah dan kesamping tumpukan paru-paru.
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai tiga cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih kecail atau ramping, terditi dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang, bronkus yang bercabang-cabang yang lebih kecil disebut bronkeolus (bronkioli). Pada bronkioli terdapat gelambung paru dan gelembunag hawa atau alveoli.
6) Paru-paru.
Paru-paru merupakan salah satu alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung (alveoli). Alveoli terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentang luas permukaan kurang lebih 90 m2, pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara, O2 masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari dalam darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan).
Paru-paru ini dibagi menjadi dua yaitu paru-paru kanan yang terdiri dari 3 lobus dan paru-paru kiri mempunyai 2 lobus. Letak paru-paru adalah pada rongga dada tepatnya pada cavum mediastinum. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput halus yang disebut fleura visceral, sedangkan selaput yang berhubungan langsung denga rongga dada sebelah dalam adalah selaput fleur parietal. Diantara pleura ini terdapat sedikit cairan, berungsi untuk melucinkan permukaan selaput fleura agar dapat bergerak akibat inspirsi dan ekspirasi, paru-paru akan terlindungi dinding dada.
Kapasitas paru-paru dapat dibedakan menjadi dua kapasitas yaitu kapasitas total yang mengandung arti jumlah udara dapat mengisi paru-paru pada inspirasi sedalam-dalamnya. Sedangkan kapasitas vital adalah jumalah udara dapat dikeluarkan setelah ekspirasi maksimal. Dalam keadaan noumal kedua paru-paru dapat menampung udara sebanyak kurang lebih5 liter. Waktu ekspirasi di dalam paru-paru dapat masih tertinnggal kurang lebih 3 liter udara. Pada waktu kita bernapas biasa udarayang masuk kedalam paru-paru 2. 600 CM3 atau 2 ½ M jumlah pernapasan. Dalam keadaan normal orang dewasa 16-18 x/ menit, anak-anak : 24 x/menit, dan bayi : 30 x/menit. Dalam keadaan tertentu keadaan tersebut akan berubah, misalnya akibat dari suatu penyakit, pernapasan bisa bertambah cepat atau sebaliknya.
( Sumber : Syaifuddin, 1996. hal 106 ).
b. Fisiologi Pernapasan
Bernapas atau respirasi adalah peristiwa menghirup udara luar atau atmosfer kedalam tubuh atau menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagani sisa dari oksidasi, udara dihirup masuk melintasi traktus respiratorius sampai alveoli. Sebagai terjadinya proses atmosfir karbondioksida dikeluarkan melalui kapiler-kapiler alveoli dibawa ke atrium sinistra vena purmonalis Yang kemudian diteruskan di vertikel sinestrayang di pomp[a di aorta, kemudian dialirkan keseluruh tubuh, didalam pubuh terjadi proses oksidasi atau pembakaran, ampas dari sisa pembakaran tubuh adalah karbondioksida. Karbondioksida dikangkat oleh sirkulasidarah vena masuk ke atrium dekstra ke vertikel dekstra dan di pompa ke paru-paru melintasi arteri pulmonalis. Didalam sel paru-paru terjadi lagi proses oksidasi, karbon dioksida dikeluarkan melalui ekspirasi sedangkan sisa lainnya dikeluarkan melalui traktus urogenital dalam bentuk air senidan kulit dalam bentuk keringat.( Syarifuddin, 1996. hal. 107 ).

3. KLASIFIKASI
Menurut Alsagaff & Mukty (2006), COPD dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Asma Bronkhial: dikarakteristikan oleh konstruksi yang dapat pulih dari otot halus bronkhial, hipersekresi mukoid, dan inflamasi, cuaca dingin, latihan, obat, kimia dan infeksi.
Bronkitis kronis: ditandai dengan batuk-batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam satu tahun, dan paling sedikit selama 2 tahun. Gejala ini perlu dibedakan dari tuberkulosis paru, bronkiektasis, tumor paru, dan asma bronkial.
Emfisema: suatu perubahan anatomis paru-paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara sebelah distal bronkus terminal, disertai kerusakan dinding alveolus.

4. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko munculnya COPD (Mansjoer, 1999) adalah :
Kebiasaan merokok
Polusi udara
Paparan debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja.
Riwayat infeksi saluran nafas.
Bersifat genetik yaitu defisiensi -1 antitripsin.
Ada tiga factor yang mempengaruhi timbulnya COPD yaitu rokok, infeksi dan polusi, selain itu pula berhubungan dengan factor keturunan, alergi, umur serta predisposisi genetic, tetapi belum diketahui dengan jelad apakah factor-faktor tersebut berperann atau tidak.
a. Rokok
Menurut buku report of the WHO expert comitte on smoking control, rokok adalah penyebab utama timbulnya COPD. Secara pisiologis rokok berhubungan langsung dengan hiperflasia kelenjar mukaos bronkusdan metaplasia skuamulus epitel saluran pernapasan. Juga dapat menyebabkan bronkokonstriksi akut. Menurut Crofton & Doouglas merokok menimbulkan pula inhibisi aktivitas sel rambut getar, makrofage alveolar dan surfaktan.
b. Infeksi
Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada seorang penderita bronchitis koronis hamper selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta menyebabkan kerusakan paru bertambah. Ekserbasi bronchitis koronis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus, yang kemudaian menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri.
c. Polusi
Polusi zat-zat kimia yang dapat juga menyebabkan brokhitis adalah zat pereduksi seperti O2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O, hydrocarbon, aldehid dan ozon.
( Sumber :Ilmu penyakit dalam, 1996. hal. 755 ).
Pada umumnya COPD menimbulkan kelainan yang sama. Pada dasarnya ada tiga kelainan fisiologis yang dapat menimbulkan insufiensi atau ketidakcukupan pernapasan, yaitu karena :
a. Ventilasi yang tidak memadai di alveoli.
b. Pengurangan difusi gas melalui membrane pernapasan.
c. Berkurangnya transportasi oksigen dari paru-paru ke jaringan.
Ventilasi yang tidak memadai di alveoli karena adanya kelainan yang menambah kerja ventilasi yaitu dengan penambahan tahanan jalan udara.
Mekanisme terjadinya obstruksi.
a. Intraluminer
Akibat infeksi dan iritasi yan menahun pada lumen bronkus, sebagian bronkus tertutup oleh secret ang berlebihan.
b. Intramular
Dinding bronkus menebal, akibatnya :
- Kontraksi otot-otot polos bronkus dan bronkiolus seperti pada asma,
- Hipertrofi dari kelenjar-kelenjar mukus,
- Edema dan inflamasi (peradangan), sering terdapat pada bronkhitis dan asma.
c. Ekstramular.
Kelainan terjadi di luar saluran pernapsan. Destruksi dari jaringan paru mengakibatkan hilangnya kontraksi radial dinding bronkus ditambah dengan hiperinflamasi jeringan paru menyebabkan penyempitan saluran napas.
( Sumber : Kapita Selekta, 1982. hal. 218 ).

5.PATOFISIOLOGI
Walaupun COPD terdiri dari berbagai penyakit tetapi seringkali memberikan kelainan fisiologis yang sama. Akibat infeksi dan iritasi yang menahun pada lumen bronkus, sebagian bronkus tertutup oleh secret yang berlebihan, hal ini menimbulkan dinding bronkus menebal, akibatnya otot-otot polos pada bronkus dan bronkielus berkontraksi, sehingga menyebabkan hipertrofi dari kelenjar-kelenjar mucus dan akhirnya terjadi edema dan inflamasi. Penyempitan saluran pernapasan terutama disebabkan elastisitas paru-paru yang berkurang. Bila sudah timbul gejala sesak, biasanya sudah dapat dibuktikan adanya tanda-tanda obstruksi. Gangguan ventilasi yang berhubungan dengan obstruksi jalan napas mengakibatkan hiperventilasi (napas lambat dan dangkal) sehingga terjadai retensi CO2 (CO2 tertahan) dan menyebabkan hiperkapnia (CO2 di dalam darah/cairan tubuh lainnya meningkat).
Pada orang noirmal sewaktu terjadi ekspirasi maksimal, tekanan yang menarik jaringan paru akan berkurang, sehingga saluran-saluran pernapasan bagian bawah paru akan tertutup. Pada penderita COPD saluran saluran pernapasan tersebut akan lebih cepat dan lebih banyak yang tertutup. Akibat cepatnya saluran pernapasan menutup serta dinding alveoli yang rusak, akan menyebabkan ventilasi dan perfusi yang tidak seimbang. Tergantung dari kerusakannya dapat terjadi alveoli dengan ventilasi kurang/tidak ada, tetapi perfusi baik, sehingga penyebaran pernapasan udara maupun aliran darah ke alveoli, antara alveoli dan perfusi di alveoli (V/Q rasio yang tidak sama). Timbul hipoksia dan sesak napas, lebih jauh lagi hipoksia alveoli menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah paru dan polisitemia.
( Soemardi. E. S, 1996.).


6. MANIFESTASI KLINIS
Berdasarkan Brunner & Suddarth (2005) adalah sebagai berikut :
Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin.
Batuk kronik dan pembentukan sputum purulen dalam jumlah yang sangat banyak.
Dispnea.
Nafas pendek dan cepat (Takipnea).
Anoreksia.
Penurunan berat badan dan kelemahan.
Takikardia, berkeringat.
Hipoksia, sesak dalam dada

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang dalam COPD adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologist sangat membantu dalam menegakan atau menyokong diagnosis dan menyingkirkan penyakit-penyakit lain.
b. Pemeriksaan faal paru
Pada pemeriksaan fungsi paru FVC (kapasitas vital kuat) dan fev folume ekspirasi kuat mengalami penurunan menjadi kurang ari 20 %.
c. Analisis gas darah.
Pada pemeriksaan gas darah arteri PH <> 45 mmHg, sedangkan yang normal PH 7,35-7,45 dan PaCO2 35-45 mmHg, serta pO2 75-100 mmHg.
d. Pemeriksaaan EKG (elektrokardiogram).
( Sumber : Ilmu Penyakit Dalam, 1996. hal. 757 ).

8.KOMPLIKASI
Komplikasi.
komplikasi yang sering terjadi dengan berlanjutnya penyakit, yaitu :
a. Kegagalan respirasi yang ditandai dengan sesak napas dengan manifestasi asidosis respirasi.
b. Retensi co2
c. Menurunnya saturasi O2
d. Hematologik : polisitemia
e. Ukkus peptikum, terjadinya sukar diketahui
f. Infeksi yang berulang, pneumotoraks spontan, eritrosit karena keadaan hipoksia kronik, gagal nafas, dan kor pulmonal.


9. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada penderita COPD prinsifnya ialah untuk meringankan keluhan simtomatik, memperbaiki serta mempertahankan fungsi paru dan usaha pencegahan harus dilakukan seperti penghentian merokok, menghindari polusi udara.
Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah :
a. Pemberian bronkodilator
1) Teoillin
Golongan teofilin biasanya diberikan dengan dosis 10-15 mg/kg berat badan per oral.
2) Agonis B2
Sebaiknya diberikan scara aerosol atau nebulizer. Dapat juga diberikan kombinasi obat secara aerosol maupun oral, sehingga diharapkan mempunyai efek bronkodilator lebih kuat.
b. Pemberian kortikosteroid
Pada beberapa penderita pemberian kortikosteroid akan mengurangi obstruksi saluran pernapasan.
c. Mengurangi retraksi usus
Usaha untuk mengeluarkan dn mengurangi mukus, merupakan pengobatan yang utama dan penting pada pengelalaan COPD. Untuk itu dapat dilakukan :
Minum air putih yang cukup agar tuidak dehidrasi.
Ekspektoran.
Yang sering digunakan gliserilquaiakolat, kalium yodida dan ammonium klorida
Nebulizasi dan humidifikasi dengan uap air menurunkan viskositas dan mengencer sputum.
Mukolitik.
Dapat digunakan asetil sistein atau bromheksin.
d. Fisioterafi dan rehabilitasi.
Berguna untuk ;
Mengeluarkan mukus dari saluran pernapasan
Memperbaiki efisiensi ventilasi
Memperbaiki dan meningkatkan kekiatan fisis.

KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Identitas klien
Nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama/suku, warga Negara, bahasa yang digunakan, penanggung jawap meliputi : nama, alamat, hubungan dengan klien.

Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan.
Kaji status riwayat kesehatan yang pernah dialami klien, apa upaya dan dimana kliwen mendapat pertolongan kesehatan, lalu apa saja yang membuat status kesehatan klien menurun.

Pola nutris metabolik.
Tanyakan kepada klien tentang jenis, frekuensi, dan jumlah klien makan dan minnum klien dalam sehari. Kaji selera makan berlebihan atau berkurang, kaji adanya mual muntah ataupun adanyaterapi intravena, penggunaan selang enteric, timbang juga berat badan, ukur tinggi badan, lingkaran lengan atas serta hitung berat badan ideal klien untuk memperoleh gambaran status nutrisi.

Pola eliminasi.

Kaji terhadap rekuensi, karakteristik, kesulitan/masalah dan juga pemakaian alat bantu seperti folly kateter, ukur juga intake dan output setiap sift.

Eliminasi proses, kaji terhadap prekuensi, karakteristik,
kesulitan/masalah defekasi dan juga pemakaian alat bantu/intervensi dalam Bab.

Pola aktivitas dan latihan
Kaji kemampuan beraktivitas baik sebelum sakit atau keadaan sekarang dan juga penggunaan alat bantu seperti tongkat, kursi roda dan lain-lain. Tanyakan kepada klien tentang penggunaan waktu senggang. Adakah keluhanpada pernapasan, jantung seperti berdebar, nyeri dada, badan lemah.

Pola tidur dan istirahat
Tanyakan kepada klien kebiasan tidur sehari-hari, jumlah jam tidur, tidur siang. Apakah klien memerlukan penghantar tidur seperti mambaca, minum susu, menulis, memdengarkan musik, menonton televise. Bagaimana suasana tidur klien apaka terang atau gelap. Sering bangun saat tidur dikarenakan oleh nyeri, gatal, berkemih, sesak dan lain-lain.

Pola persepsi kogniti
Tanyakan kepada klien apakah menggunakan alat bantu pengelihatan, pendengaran. Adakah klien kesulitan mengingat sesuatu, bagaimana klien mengatasi tak nyaman : nyeri. Adakah gangguan persepsi sensori seperti pengelihatan kabur, pendengaran terganggu. Kaji tingkat orientasi terhadap tempat waktu dan orang.

Pola persepsi dan konsep diri
Kaji tingkah laku mengenai dirinya, apakah klien pernah mengalami putus asa/frustasi/stress dan bagaimana menurut klien mengenai dirinya.

Pola peran hubungan dengan sesama
Apakah peran klien dimasyarakat dan keluarga, bagaimana hubungan klien di masyarakat dan keluarga dn teman sekerja. Kaji apakah ada gangguan komunikasi verbal dan gangguan dalam interaksi dengan anggota keluarga dan orang lain.

Pola produksi seksual
Tanyakan kepada klien tentang penggunaan kontrasepsi dan permasalahan yang timbul. Berapa jumlah anak klien dan status pernikahan klien.

Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress.
Kaji faktor yang membuat klien marah dan tidak dapat mengontrol diri, tempat klien bertukar pendapat dan mekanisme koping yang digunakan selama ini. Kaji keadaan klien saat ini terhadap penyesuaian diri, ugkapan, penyangkalan/penolakan terhadap diri sendiri.

Pola system kepercayaan
Kaji apakah klien dsering beribadah, klien menganut agama apa?. Kaji apakah ada nilai-nilai tentang agama yang klien anut bertentangan dengan kesehatan.


B. Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan gangguan peningkatan produksi secret, sekresi tertahan, tebal dan kental.
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen berkurang. (obstruksi jalan napas oleh secret, spasme bronkus).
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada selaput paru-paru.

C. Perencanaan Keperawatan.
Dx.1 Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan gangguan peningkatan produksi secret, sekresi tertahan, tebal dan kental.
Tujuan : Ventilasi/oksigenisasi adekuat untuk kebutuhan
individu.
Kriteria hasil : Mempertahankan jalan napas paten dan bunyi napas
bersih/jelas.
Intervensi
Kaji/pantau frekuensi pernapasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi.
Rasional :
Takipnea biasanya ada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stress/adanya proses infeksi akut. Pernapasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang disbanding inspirasi.

Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misalnya peninggian kepala tempat tidur, duduk dan sandaran tempat tidur.
Rasional :
Peninggian kepala tempat tidur mempermudah pernapasan dan menggunakan gravitasi. Namun pasien dengan distress berat akan mencari posisi yang lebih mudah untuk bernapas. Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal dan lain-lain membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.

Auskultasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas misalnya : mengi, krokels dan ronki.
Rasional :
Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat/tidak dimanifestasikan dengan adanya bunyi napas adventisius, misalnya : penyebaran, krekels basah (bronchitis), bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema), atau tidak adanya bunyi napas (asma berat).

Catat adanya /derajat disepnea, misalnya : keluhan 'lapar udara', gelisah, ansietas, distress pernapasan, dan penggunaan obat bantu.
Rasional :
Disfungsi pernapasan adalah variable yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, misalnya infeksi dan reaksi alergi.

Dorong/bantu latihan napas abdomen atau bibir.
Rasional :
Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara.

Observasi karakteristik batuk, misalnya : menetap, batuk pendek, basah, bantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan jalan napas.
Rasional :
Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila pasien lansia, sakit akut, atau kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk paling tinggi atau kepala dibawah setelah perkusi dada.

Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung.
Rasional :
Hidrasi membantu menurunkan kekentalan secret, mempermudah pengeluaran. Penggunaan air hangat dapat menurunkan spasme bronkus. Cairan selama makan dapat meningkatkan distensi gaster dan tekanan pada diafragma.

Bronkodilator, misalnya, β-agonis, efinefrin (adrenalin, vavonefrin), albuterol (proventil, ventolin), terbutalin (brethine, brethaire), isoeetrain (brokosol, bronkometer).
Rasional :
Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti local, menurunkan spasme jalan napas, mengi dan produksi mukosa. Obat-obatan mungkin per oral, injeksi atau inhalasi. dapat meningkatkan distensi gaster dan tekanan pada diafragma.
(Doenges, 1999. hal 156).

Dx2.Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen berkurang. (obstruksi jalan napas oleh sekret, spasme bronkus).
Tujuan : Mempertahankan tingkat oksigen yang adekuat untuk
keperluan tubuh.
Kriteria hasil :
Tanpa terapi oksigen, SaO2 95 % dank lien tidan mengalami sesak napas.
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Tidak ada tanda-tanda sianosis.

Intervensi :
Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan, catat pengguanaan otot aksesorius, napas bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang.
Respon :
Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan kronisnya proses penyakit.

Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa.
Rasional :
Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir atau danun telinga). Keabu-abuan dan dianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.

Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai dengan kebutuhan/toleransi individu.
Rasional :
Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan laithan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea dan kerja napas.

Dorong mengeluarkan sputum, pengisapan bila diindikasikan.
Rasional :
Kental tebal dan banyak sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil, dan pengisapan dibuthkan bila batuk tak efektif.

Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan/atau bunyi tambahan.
Rasional :
Bunyi napas mingkin redup karena penurrunan aliran udara atau area konsolidasi. Adanya mengi mengindikasikan spasme bronkus/ter-tahannya sekret. Krekles basah menyebar menunjukan cairan pada interstisial/dekompensasi jantung.

Awasi tanda-tanda vital dan irama jantung.
Rasional :
Takikardi, disiretmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjuak efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.

Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.
Rasional :
Dapat memperbaiki/mencegah memburuknya hipoksia. Catatan ; emfisema koronis, mengatur pernapasan pasien ditentikan oleh kadar CO2 dan mungkin dikkeluarkan dengan peningkatan PaO2 berlebihan.
(Doenges, 1999. hal 158).


DX3. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada selaput paru-paru.
Tujuan : Rasa nyeri berkurang sampai hilang.
Kriteria hasil :
Klien mengatakan rasa nyeri berkurang/hilang.
Ekspresi wajah rileks.

Intervensi :
Tentukan karakteristik nyeri, miaalnya ; tajam, konsisten, di tusuk, selidiki perubahan karakter/intensitasnyeri/lokasi.
Respon :
Nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat pneumonia, juga dapat timbul komplikasi seperti perikarditis dan endokarditis.

Pantau tanda-tanda vital.
Rasional :
Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda-tanda vital.

Berikan tindakan nyaman, misalnya ; pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang/perbincangan, relaksasi/latihan napas.
Rasional :
Tindakan non-analgetik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesic.

Tawarkan pembersihan mulut dengan sering.
Rasional :
Pernapasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan mengeringkan memberan mukosa, potensial ketidaknyamanan umum.

Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
Rasional :
Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan keefektifan upaya batuk.

Berikan analgesic dan antitusif sesuai indikasi.
Rasional :
Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif/proksimal atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.
(Doenges, 1999. hal 171).

Kamis, Juli 14, 2011

servis motor

Tidur post dinas malam, rasanya puas banget..super ngatuk. Jam menunjukkan pukul 12 siang, teringat akan motor ku yang lagi gak bersahabat, ehm harus2 cepat2 di servis nich. Dengan mata yang masih ngantuk ku coba to membawa motor kesayanganku ke bengkel, saatnya di servis. Semoga aku bisa membawamu lebih nyaman lagi.

Selasa, Juli 12, 2011

Nilai Yang Mengecewakan

Q Kecewa dengan hasil semester pertama program profesi ini, rasanya pada saat stase demi stase selalu di lewati dengan maksimal, ujian selalu mengikuti,nilai hasil ujian baik lp maupun askep tidak begitu jatuh, kerja kelompok ikut mengerjakan, ronde, seminar selalu hadir, pembekalan ikut, tapi kenyataan nilai yang di terima sangat pas-pasan, rasanya jangan tidak memenuhi standar nilai kelulusan aja yang aku terima. Ku kecewa dengan penilaian yang ada, rasanya gak transparan banget, dan ada segelintir teman juga sangat kecewa dengan nilai KHS yang ada, bukan hanya aku yang komplain dengan nilai ini. Tapi rasanya gak adil aja, kalo orang yang lebih malas dari aku nilainya sejajar ku gak begitu kecewa tapi mereka justru nilainya yang bagus. Kalo masalah mahasiswa yang sering nongol di kampus itulah yang di nilai untuk apa nilai2 yang lainnya, bukan berarti juga mahasiswa2 yang sering ke kampus adalah dia yang mengerjakan, justru itulah pembagian tugas, ada yang tugas ngetik, konsul ke kampuz, dan lain sebagainya. Kalo penilaian yang di nilai hanya sebatas itu, rasanya sungguh tidak adil.
Memang ku akui bahwa Allah melihat segala sesuatu itu bukan dari hasil akhir tapi proses yang di laluinya, YA ALLAH semoga aku ikhlas menerima hasil yang telah di dapat, yang penting IP itu harus sesuai dengan kemampuan kita, percuma juga rasanya IPK tinggi tapi bertolak belakang dari ilmu yang di dapat. Semoga selalu di beri kemudahan untuk mencari ladang rizki kelak amin.....

Selasa, Juli 05, 2011

Apakah Aku Bisa

Jika kita punya keinginan dan niat yang baik pasti Allah akan tunjukkan jalannya, hanya orang-orang yang tidak mau berusaha yang tidak akan menemukan jalan itu. Semoga aku salah satu orang yang menemukan jalan itu amin...(begitulah kira2 hadis yang pernah aku baca di salah satu buku).

Menjadi perawat profesional??????
inilah pertanyaan yang selalu ada dalam pikiran aku saat ini, to menjadi perawat seperti ini emang harus punya sifat care yang benar2 care, care=peduli, pada saat kita menjadi pasien ataupun keluarga pasien di ruangan suatu rumah sakit rasanya nyaman banget jika kita bisa di sapa dengan lembut, peduli dengan pasien, dan tidak egois. Tapi kenapa orang2 selalu menganggap perawat itu cerewet, ini dan itulah padahal tidak semuanya seperti itu, mereka punya alasan tersendiri mengapa mereka cerewet mungkin karena capek, ada masalah pribadi, dan di tambah lagi beban kerja di ruangan yang semakin menumpuk. Jadi yang jadi bahan pelapiasan adalah pasien ataupun keluarganya, yach itulah manusia tidak akan pernah luput dari salah dan dosa, tidak hanya perawat kok profesi lain juga seperti itu. Tapi, aku kurang se7 jika orang menganggap seluruh perawat itu pasti "jUdes" dan menganggap perawat itu hanya pembantunya dokter, ehm begitu rendahnya perawat di mata profesi lain.

Tapi, inilah kenyataan yang ada di lapangan perawat selalu di remehkan, padahal orang yang paling dekat dengan pasien adalah perawat yang menunggu mereka 24 jam dengan 3 shift kerja.
Yuk, kita sebagai generasi2 penerus perawat diIndonesia mari sama2 tingkatkan kepedulian kita dan tunjukkkan bahwa kita benar2 profesi yang profesional yang bukan hanya sebutan belaka tapi dengan aplikasi ilmu yang telah ada.

Ruang lingkup perawat sangatlah luas dan manusia juga holistik (menyeluruh)*_*

Praktik Yang Penuh Hikmah

Stase gadar (gawat darurat) kebetulan q dapat dinas pertama di RSMP dan dapat di ruang ICU-ICCU, dan ini adalah hari ke-2 dinas kebetulan dapat jadwal pagi dengan mitra dinas Maryana, S.Kep. Pada saat ayuk2 perawat senior dan kami akan melakukan operan dan pada saat itu juga pasien lagi kritis ada satu pasien yang apnea, dan langsung dilakukan tindakan RJP, Ekg, serta tindakan2 lainnya dan tidak berhasil dan satu pasien meninggal dengan SH (Stroke Hemoragic), dan langsung dilakukan tindakan perawatan jenazah.
Pada saat selesai melakukan perawatan jenazah, satu pasien lagi di sebelahnya kritis dengan Inisial bapak "R", pada saat menjelang ajal,,,tangisan begitu riuhnya di ruang ICU oleh anak-anaknya, terbayang saat itu orang tua aku yang ada di sana, rasanya aku belum sanggup mengalaminya, tak terasa air mata menetes juga saat melihat anak-anaknya menangis saat kehilangan orang tua yang telah banyak berkorban to kita. Apalagi di tambah lagi saat itu, kebetulan istri bapak "R" juga lagi di rawat di RS yang sama cuma beda ruangan di ruang PDL, dengan kursi roda yang di antar oleh perawat ruangan ibu menangis dengan histerisnya karena sudah melihat suaminya sudah tiada, hanya air mata dan rintihan yang ibu itu ucapkan. Ya ALLAH berilah ketabahan to keluarga yang di tinggalkan dan semoga amal ibadah yang telah pergi menghadap sang Khaliq mendapat tempat yang terbaik di sisi_Nya amin..
Aku saat itu langsung teringat dengan ibu kandung aku yang telah lama mendahului kami, dan aku berharap kami di beri kesempatan to membahagiakan orang tua aku yang masih ada.
Pasien ke-3 adalah pasien dengan post-sc & tubectomi, tidak menyangka juga akhirnya hari ini adalah hari terakhirnya di dunia ini, padahal baru semalam aku merawat dia dan masih dalam kondisi sadar dan bisa di ajak bicara setelah operasi sesar dengan melahirkan anak ke-4, to Ibu "F" semoga engkau menjadi wanita penghuni surga karena engkau telah mempertaruhkan nyawa demi melahirkan sang buah hatimu, semoga segala dosa2 yang pernah di perbuat baik di sengaja ataupun tidak di ampuni dan amal ibadahmu di terima di sisi_Nya serta keluarga yang di tinggalkan terutama anak yang baru lahir semoga dia besar kelak tidak mengecewakan orang tuanya dan bisa jadi anak yang soleh amin...
##########################################
Sungguh, dinas hari ini sangat berkesan bagi aku, entahlah apakah mungkin karena begitu banyaknya pasien yang meninggal hari ini dengan waktu yang beruntun, dan setidaknya bisa membuka pikiran aku bahwa ajal seseorang tidak akan ada yang bisa menentukannya kapan kita akan kembali menghadap Allah SWT. Yuk, kita berlomba-lomba mengumpulkan amal kebaikan kita di dunia ini to bekal kita di akhirat dengan meminimalkan seminimalnya sifat buruk yang ada di diri kita, mari kita semua saling mengingatkan karena muslim adalah bersaudara.
***^^^^*******
To orang tuaku tersayang, jika engkau ada di sisiku saat ini ingin rasanya aku peluk dan ingin meminta maaf atas kesalahan yang pernah ku perbuat, hanya doa yang bisa ku panjatkan to dia di sana dan to ortuku yang masih setia menunggu kesuksesan kami semoga engkau selalu di beri kesehatan dan kekuatan, anandamu akan selalu berdoa disini.

****************************************
love you all...............misssssssssssss.......you..forever............

Senin, Maret 07, 2011

Dokumentasi PSIK 0'6

Assalamualaikum waromatullahiwabarokatuh....
Alhamdulillah sampai saat ini q masih sempat mempostingkan foto2 teman2 seperjuangan selama kuliah di Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Angkatan 2006 kelas A1 Reguler STIK (Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan) Bina Husada Palembang. Sebenarnya sich sudah lama mo' di postingkan berhubung sekarang baru sempat karena foto2 nya juga pas terakhir2 kuliah kmrn gak sempat minta foto2 mereka yang bakal di publikasikan (berita kale di publikasikan,,ckckck...angp ja seperti itu :)). Foto ini pun belum lengkap cz ternyata gak bs m'copy paste di fb,,kirain bisa ternyata tidk bisa..yach seadanya ja, toek teman2 yang fotonya blm smpat di tampilkan sorry..maaf....but..klo xan iri silahkan kirim image xan via email ku yach disini...ekaa_0708@yahoo.co.id...secepatnya ntar ada sembako gratis gak kebagian ha..ha.....ngarep nich yech...
Sebenarnya sich ini dokumentasi pribadi, sebagai pengobar rindu jk aku rindu ma xan semua jadilah liat tampang xan yang lucu2 en super imut en super ganteng....gkgkg...awas terbang...!


Yukkk..mari kita kenalkan satu per satu yang dimulai dari nama, TTL, Asal, Hobby, de el el..
jadi, ingat masa2 awal kuliah dulu...he..he...
selanjutnya.............
lanjut...ke sesion berikutnya.


Sebagai pembuka end sebagai pembuat posting ini,,
nama ; Eka Susanty, S.Kep
Ttl : Suka Dami, 07 agustus 1987 (silahkan klo mo' kasih kado,,ngarep.com)
hobby : baca, jalan2, beli2an