Senin, Januari 11, 2010

HPV (Human Papilloma Virus)

BAB I
PENDAHULUAN

Di Indonesia kejadian “manusia akar” telah menyita banyak perhatian masyarakat, sebab penyakit ini termasuk jenis penyakit yang langka. Salah satunya adalah penyakit yang di alami oleh seorang penduduk asal Cililin Kabupaten Bandung, Jawa Barat, yang bernama Dede dan yang berumur 37 tahun.
Menurut Dede, awal mula penyakit yang di deritanya itu sejak dia berumur 15 tahun. Tapi pada saat itu hanya timbul kutil sebesar biji kacang hijau di kedua tungkai bawah, tanpa terasa nyeri dan gatal. 5 tahun kemudian masih bertambah banyak dan menyebar. Karena penyakit yang di deritanya itu kemudian Dede di olok-olok oleh tetangga di sekitarnya sebagai “manusia akar/manusia pohon”. Kerena penyebaran penyakitnya itu yang semakin hari semakin bertambah, Dede di pecat dari pekerjaannya dan tak bisa menjalani hidupnya sebagai orang yang normal. Tak hanya itu dia juga di cerai oleh istrinya karena penyakitnya tapi Dede masih tinggal bersama kedua putrinya yang kini sedang menginjak usia remaja. Karena keterbatasan biaya, Dede tak mampu untuk mengobati penyakitnya. Dede juga pernah bergabung dengan kelompok “manusia aneh” yang para anggotanya memiliki kelainan-kelainan fisik yang langka. Dan kelompok ini menggelar “pertunjukan” yang di karciskan untuk mendapatkan uang dengan cara berkeliling dari satu tempat ke tempat lain.
Penyakit Dede bermula di ungkap oleh Discovery Chanel sebuah jaringan televisi yang pada saat itu membawa seorang Dokter Anthony Gaspari yang berasal dari Amerika Serikat bersama ahli penyakit kulit (dermatologi) dan ilmu kekebalan tubuh (imunologi) berkunjung di kediaman Dede. Kemudian Dede di bawa ke Rumah Sakit Hasan Sadikin untuk melakukan tes laboratorium Setelah melakukan tes laboratorium, dokter Anthony Gaspari menyimpulkan bahwa penyakit yang diderita Dede disebabkan oleh virus yang disebut Human Papilloma Virus (HPV). Yang membuat virus itu berkembang liar di tubuh Dede karena dia memiliki kelainan genetik yang langka dan kelainan genetik itu sendiri menghalangi sistem kekebalan, yang membuat tubuh Dede tak mampu membendung pertumbuhan kutil-kutil. Karena Dede juga di curigai mengalami AIDS, karena sel darah putihnya rendah maka di lakukan tes AIDS dan hasilnya negatif. Penyakit Dede sangat misterius karena dalam anggota keluargan baik orang tua ataupun saudaranya tak satupun yang mengalami penyakit yang sama seperti yang di alami Dede sekarang.
Setelah di lakukan pemeriksaan lebih lanjut maka tim dokter dari RS Hasan Sadikin (RSHS) kutil yang berakar dan bertandung di ujung kaki dan tangan itu diduga oleh virus dan untuk diagnosa sementara, Dede di nyatakan mengidap penyakit Epidermodisplasia veruciformis dan giant cutaneous horn disebabkan oleh human papiloma virus (HPV). Namun, Menkes sendiri belum bisa memastikan penyakit apa sebenarnya yang menyerang Dede.
Karena kondisi Dede semakin menurun Tim dokter akan merencanakan secepatnya pemangkasan kulit tebal yang tumbuh menyerupai akar pada kaki dan tangan melalui operasi . Di karenakan virus yang ada pada tubuh Dede terus menjalar dan kulit pasien semakin rusak. Pada saat di lakukan operasi tim dokter juga mengambil sampel DNA untuk di lakukan pemeriksaan yang lebih intensif untuk melihat adanya kanker atau tidak. Setelah di lakukan operasi.
Dede merupakan seorang dari belasan pasien di dunia yang terserang penyakit kutil akut. Selain di Indonesia, masalah tersebut terjadi pula di Thailand dan Eropa. Dari belasan pasien dunia yang terserang penyakit ini jarang berhasil disembuhkan meski ditangani medis sepenuhnya. Menurut Rahmat penyakit Dede ini, sejenis kutil yang biasa terjadi pada banyak orang. Kutil ini bisa menjadi akut seperti dialami pasien, karena kekebalan tubuh Dede cukup buruk sehingga tak mampu lagi menahan serangan virus.
Walaupun Dede sudah di lakukan operasi dan perawatan, perkembangan tanduk kutil di tubuh Dede masih akan terus terjadi karena virus tersebut masih berada di dalam tubuhnya. Operasi yang telah di lakukan juga sebagai upaya untuk menipiskan saja agar obat yang di berikan dapat meresap ke dalam kulit tubuh klien dan belum ada obat yang pasti untuk penyakit Dede. Dan yang terpenting sekarang adalah memperbaiki kondisi tubuh Dede, meningkatkan asupan gizi, untuk sementara Dede juga di larang mandi karena air bisa mengakibatkan kutil-kutil di tubuhnya mengeluarkan bau tak sedap setelah pasca operasi.

BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Pengertian
• Epidermo Dysplasia Veruca Formis & Giant Cutaneus Horn merupakan istilah kedokteran untuk kutil ganas yang membesar dan memanjang menyerupai akar pohon yang disebabkan oleh Virus Human Papiloma Virus (HPV).
• Epidermo Dysplasia Veruca Formis & Giant Cutaneus Horn adalah keadaan akibat virus yang identik atau berhubungan erat dengan virus penyebab veruka vulgaris, dimana lesi berwarana merah atau merah ungu serta menyebar luas dan mempunyai kecenderungan untuk menjadi ganas (kamus Saku Kedokteran Dorland)
• Epidermo dysplasia veruca formis berarti sel sel kulit yang membelah bertangkai yang menyerupai jengger ayam yang disebabkan oleh HPV
• Kutil dalam istilah medis disebut papiloma. Papiloma sebenarnya sejenis tumor jinak pada kulit, berasal dari penebalan lapisan luar kulit yang berlebihan.
2.2 Etiologi
• Disebabkan oleh kelompok Human Papiloma Virus (HPV). Virus ini biasanya sering menyerang pada manusia dan hewan.
2.3 Tanda dan Gejala
 Kutil yang tumbuh mungkin berwarna merah muda, putih, abu-abu ataupun coklat. Awalnya hanya berupa bintil-bintil kecil yang kemudian bersatu membentuk kutil yang lebih besar.
 Semakin lama kutil dapat menjadi semakin besar.
 Pertumbuhan kutil akan semakin besar dan banyak jika tumbuh di kulit lembab akibat kebersihan kulit kurang di jaga.
 Kutil-kutil ini dapat menyebabkan rasa sakit dan gatal sehngga membuat tidak nyaman dan sering kali baru di sadari keberadaanya saat jumlahnya sudah bertambah banyak dan besar.
 Kutil dapat bertumbuh dengan cepat segera setelah terinfeksi ataupun beberapa bulan bahkan beberapa tahun setelah terinfeksi HPV, dah bahkan tidak pernah tumbuh sampai di nyatakan kita terinfeksi HPV (atau sampai kita menyadari bahwa kita terinfeksi HPV).
2.4. Penularan
• Cairan tubuh (seperti hubungan seks, jarum suntik yang di pakai secara bersama)
• Penggunaan barang secara bersamaan
2.5. Penyebaran
Factor penyebaran HPV adalah :
• Letak geografis
• Genetik
• Status social ekonomi rendah
• Status nutrisi
• System imunitas
• Gonta-ganti pasangan seks
• Rokok



2.6. Patofisiologi dan Patoflow
Ada di halaman terakhir



















2.7. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan Kutil biasa
• Obat yang mengandung asam salisilat atau glutaraldehida sering cukup efektif, digunakan obat oles paling tidak selama 3 bulan, sebelum pindah ke cara pengobatan lain.
• Krioterapi dengan nitrogen cair digunakan pada kutil yang tidak berhasil diobati dengan obat olesan
• Dengan cara sederhana berupa benang katun yang dililitkan sekitar ujung lidi sebesar tangkai jeruk, kemudian alat ini dimasukan de dalam nitrogen cair dan kemudian di tutulkan pada kutil sampai kutil dan alat sekitar yang mengelilingnya membeku. Atau dengan menggunakan semprotan nitrogen cair.
• Kutil yang multiple biasanya memerlukan lebih dari sekali tindakan, dengan jarak optimum antara 2 – 3 minggu.
Pengobatan HPV
1. Pengobatan yang di lakukan adalah dengan memberikan obat antivirus oral bila tidak membuahkan hasil dapat di lanjutkan dengan bedah listrik atau bedah beku. Di berikan juga obat-obatan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
2. Apabila faktor pemberatnya adalah kelainan genetic yang membuat daya tahan tubuhnya rendah maka penderita di berikan obat untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya selama seumur hidup.



BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Anamnesa
1. Keluhan utama: terdapat kutil ditangan atau tungkai yang menyerupai akar pohon
2. Riwayat keluarga: tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti penderita
3. Riwayat perjalanan penyakit: penderita mengalami penyakit ini sejak berusia15 tahun. Saat itu timbul kutil sebesar biji kacang hijau di kedua tungkai bawah, tanpa terasa nyeri atau gatal. Lima tahun kemudian kutil menyebar ke kedua tangan terutama ujung jari tangan dan punggung tangan, kulit menjadi tebal menyerupai tanduk. Tiga tahun kemudian masih bertambah banyak dan pernah diobati dengan obat kampung tetapi tanpa hasil.
4. Factor psikologis: cemas, stress dan takut
3.1.2 Pemeriksaan Fisik
DS :
• Pasien mengatakan tangannya timbul kutil di tangan dan kaki tapi tidak terasa nyeri dan gatal.
• Pasien mengatakan pada usia 15 tahun, dia pernah mengalami trauma (lecet ditangan) kemudian timbul kutil
• Klien mengatakan semakin lama kutil semakin besar

DO :
• Terdapat kutil di bagian kaki dan tangan
• Kutil berbentuk akar pohon
a. Aktivitas/ istirahat : penurunan kekuatan, keterbatasan rentang gerak, gangguan masa otot, perubahan tonus.
b. Sirkulasi : Penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang terdapat kutil
c. Integritas ego : Masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan, ansietas, menangis, menyangkal, menarik diri, marah
d. Neurosensori : Penurunan reflek tendon
e. Nyeri/ ketidaknyamanan : Tidak ada nyeri
f. Pernafasan : Merokok
g. Pemeriksaan lab
1. Biopsy : dilakukan untuk diagnosis dan menggambarkan pengobatan
2. Hitung darah lengkap: penurunan leukosit
3. Pap smear : terdapat virus HPV

3.2 Diagnosa
1. Kerusakan integritas kulit b.d trauma, kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial)
2. Gangguan citra tubuh, perubahan penampilan b.d proses penyakit, kecacatan
3. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot dan kedidaknyamanan.
4. Ansietas b.d krisis situasi (koping tidak adekuat, kecacatan/ ancaman kematian)
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, keb. pengobatan b.d salah interprestasi informasi.
3.3 Intervensi
1. Dx: Kerusakan integritas kulit b.d trauma, kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial)
Intervensi Rasional
1. Berikan perawatan kulit sering, meminimalkan dengan kelembaban
2. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
3. Dorong pasien untuk menghindari menggaruk kulit
4. Balikan/ ubah posisi dengan sering

5. Anjurkan klien untuk menghindari krim kulit apapun tanpa resep dokter 1. Terlalu lembab merusak dan mempercepat kerusakan kulit
2. Mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
3. Membantu mencegah friksi/ trauma kulit
4. Meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
5. Dapat meningkatkan iritasi

2. Dx: gangguan citra tubuh, perubahan penampilan peran b.d proses penyakit, kecacatan
Intervensi Rasional
1. Berikan penguatan positif terhadap klien

2. Bantu dengan kebutuhan perawatan yang diperlukan
3. Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan

4. Kaji makna kehilangan pada pasien


5. Terima dan akui ekspresi frustasi


6. Catat factor budaya yang mempengaruhi perubahan peran
1. Kata-kata penguatan dapat mendukung terjadinya perilaku koping positif
2. Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri
3. Isyarat verbal/ non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor bagaimana pasien memandang diri sendiri
4. Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain
5. Penerimaan perasaan sebagai respon normal terhadap apa yang terjadi membantu perbaikan
6. Harapan budaya sesuai pria/wanita pada peran sakit dapat menentukan bagaimana pasien atau orang terdekat bereaksi terhadap dan menerima perubahan


3. Dx: Gangguan mobilitas fisik b.d pertumbuhan kutil yang semakin menyebar, penurunan kekuatan otot dan kedidaknyamanan
Intervensi Rasional
1. Bantu dalammemindahkan/mengambil barang yang di perlukan klien
2. Pindahkan barang-barang yang tidak di perlukan dari tempat klien.
3. Tentukan kemampuan fungsional (skala0-4) dan alasan ketidakseimbangan
4. Catat respon emosional/tingkah laku untuk mengubah kemampuan.

5. Kaji kembali keamanan penggunaan alat-alat bantu 1. Mencegah terjadinya kecelakaan seperti jatuh/cidera.
2. Mencegah pasien jatuh dan menurunkan resiko kecelakaan.
3. Mengidentifikasikan kebutuhan/tingkat intervensi yang di butuhkan.
4. Perubahan fisik dan kehilangan kemandirian seringkali menciptakan perasaan marah, frustasai, dan depresi.
5. Memfasilitasi aktivitas, menurunkan resiko perlukaan.

4. Dx: ansietas b.d krisis situasi (koping tidak adekuat, kecacatan/ ancaman kematian)
Intervensi Rasional
1. Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan

2. Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk mendiskusikan perasaan
3. Identifikasi dan ketahui persepsi pasien terhadap ancaman/ situasi

4. Dorong pasien untuk mengkomunikasikan dengan seseorang tentang masalah yang dialami
5. Berikan penguatan penjelasan factor resiko
6. Kaji tingkat pengetahuan klien terhadap penyakit
7. Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien/ keluarga 1. Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistis dan kesalahan konsep menentang diagnose
2. Membantu klien untuk merasa diterima pada kondisi tanpa perasaan dihakimi
3. Berbagi informasi membentuk dukungan dan dapat menghilangkan ketegangan
4. Memberikan kesempatan pada pasien untuk mencakup informasi dan mengasumsi control

5. Penting untuk pembuatan rencana instruksi individu
6. Agar tidak lupa dan meningkat pemahaman pasien
7. Informasi memberikan dasar untuk identifikasi perawatan individual





5. Dx: Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, keb. pengobatan b.d salah interprestasi informasi
Intervensi Rasional
1. Jelaskan rasional pengobatan, dosis, dan efek samping pengobatan
2. Berikan informasinyang jelas dan akurat dalam cara yang nyata

3. Berikan penjelaskan proses penyakit individu

4. Berikan kembali informasi yang berhubungan dengan proses trauma dan pengaruh sesudahnya 1. Dapat meningkatkan kerja sama dengan terapi obat
2. Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan
3. Membantu penilaian diagnose penyakit, memberikan informasi yang diperlukan selama pengonbatan
4. Membantu dalam menciptakan harapan yang realistis dan meningkat kan pemahaman pada keadaan saat ini dan kebutuhannya

3.4. Evaluasi
• Klien memahami tentang penyakitnya, dan tingkat kecemasan klien akan berkurang.
• Klein merasa tenang karena masih ada pihak yang membantu untuk menyembuhkan penyakitnya
• Setelah di lakukan operasi kutil akan hilang, akan tetapi tidak 100% penyakit itu akan sembuh total. Kemungkinan untuk timbul lagi kutil tersebut masih ada.
• Walaupun sudah di lakukan operasi, pengobatan akan di lakukan secara rawat jalan, karena untuk melihat perkembangan dari penyakit tersebut.



DAFTAR PUSTAKA

www.prinpage kutilberbahaya.com (di akses pada tanggal 19 Desember 2009)
www.beritajatim.com (di akses pada tanggal 19 Desember 2009)
www.inilah.com. (di akses pada tanggal 19 Desember 2009)
www.idionline.com (di akses tanggal 17 Desember 2009)
Dongoes, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta EGC
http//www.surya online.com (di akses pada tanggal 17 desember 2009)
http//departemen kesehatan RI.com(di akses pada tanggal 17 desember 2009)
http//media informasi kesehatan. Com (di akses pada tanggal 17 desember 2009) Kamus kedokteran dorlan

Askep Filariasis

hdc 0001 0001 0...42 jpg
142 x 226 | 20k
humanillnesses.com

2.7 Cara Pencegahan

Pencegahan agar terhindar / tertular dari infeksi penyakit gajah (filariasis) antara lain adalah:
 Berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk vector (mengurangi kontak dengan vector), misalnya dengan:
1. Menutup ventilasi rumah dengan kasa nyamuk / kawat nyamuk.
2. Menggunakan obat nyamuk semprot / obat nyamuk bakar.
3. Mengoles kulit dengan obat anti nyamuk.
4. Menggunakan kelambu bula sewaktu akan tidur.

 Dengan cara memberantas nyamuk, misalnya dengan:
1. Membersihkan tanaman air pada rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk.
2. Menimbun.
3. Mengeringkan / mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk
4. Membersihkan semak-semak, got disekitar rumah.
5. Mempelihara ikan pemakan nyamuk didalam kolam / bak mandi.

2.8 Penatalakasanaan Medis

Secara massal dilakukan didaerah endemis dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazime Citrate (DEC) dikombinasikan dengan Albenzol sekali setahun selama 5/10 tahun, untuk mencegah reaksi samping seperti demam, diberikan paracetamol ; dosis obat untuk sekali minum adalah, DEC 6 mg/kg/BB, Albenzol 400 mg albenzol ( 1 tablet ) ; pengobatan massal dihentikan apabila Mf rate sudah mencapai <1 % ; secara individual/selektif ; dilakukan pada kasus klinis, baik stadium dini maupun stadium lanjut, jenis dan obat tergantung dari keadaan kasus.
Dari dulu sampai sekarang DEC merupakan pilihan obat yang murah dan efektif jika belum bersifat kronis. Selain DEC, terdapat pula Ivermectin yang sampai sekarang harganya semakin murah. Diethilcarbamazyne (DEC, 6mg/kgBB/hari untuk 12 hari) bersifat makro dan mikrofilarisidal, merupakan pilihan yang tepat untuk individu dengan filariasis limfe aktif (mikrofilaremia, antigen fositif, atau deteksi USG positif cacing dewasa). Meskipun albendazole (400 mg dua kali sehari selama 21 hari) juga mampu menunjukkan efikasi yang baik.
Pada kasus yang masih bersifat subklinis (hematuria, proteinuria, serta abnormalitas limfosintigrafi) sebaiknya diberikan antibiotik profilaksis dengan terapi suportif misalnya dengan antipiretik dan analgesik. Sedangkan jika sedah mikrofilaremia negatif, yakni ketika manifestasi cacing dewasa sudah terlihat, barulah DEC menjadi acuan obat utama.
Pasien dengan limfedema positif pada ekstremitas patut mendapatkan fisioterapi khusus untuk limfedema atau dekongestif. Pasien mesti dididik untuk hidup bersih dan menjaga agar daerah yang membengkak tidak mengalami infeksi sekunder. Sementara itu hidrokel bisa dialirkan secara berulang atau dengan insisi pembedahan. Jika dilakukan dengan baik ditambah DEC yang teratur, sebenarnya gejala pembengkakan ini bisa dikurangi hingga menjadi sangat minim.
Penggunaan DEC selama 12 tahun dengan dosis 6 mg/kgBB (total dosis 72 mg) merupakan patokan standar yang telah dilaksanakan di negara-negara dengan filariasis. Sebenarnya dengan dosis tunggal 6mg/kgBB selama sehari juga sudah mampu membunuh parasit yang ada ditubuh. Penggunaan selama 12 hari merupakan sarana supresi mikrofilaremia secara cepat. Namun biasanya penggunaan DEC dosis tunggal dikombinasikan dengan albenidazole atau ivermectin dengan hasil mikrofilarisidal yang efektif.
Efek samping dari DEC ialah demam, menggigil, artralgia, sakit kepala, mual, hingga muntah. Keberhasilan pengobatan ini sangat tergantung dari jumlah parasit yang beredar didalam darah serta sering menimbulkan gejala hipersensitivitas akibat antigen yang dilepaskan dari debris sel-sel parasit yang sudah mati. Reaksi hipersensitivitas juga bisa terjadi akibat inflamasi dari lipoprotein lipolisakarida dari organisme intraseluler Wolbachia, seperti yang disebutkan diatas. Selain DEC, ivermectin juga memiliki efek samping yang serupa dengan gejala ini.
Yang penting selain pengobatan klinis filariasis ialah edukasi dan promosi pada masyarakat sekitar untuk memberantas nyamuk dengan gerakan 3M, sama seperti pemberantasan demam berdarah. Selain itu beberapa tempat perlu juga dilakukan pemberian DEC profilaksis yang ditambahkan ke dalam garam dapur khusus untuk masyarakat didaerah tersebut. Namun yang belakangan tidak terlalu popular di Indonesia.

ASUHAN KEPERAWATAN FILARIASIS
3.1 Pengakajian

 Riwayat kesehatan
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Cacing filariasis menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk infektif yang mengandung larva stadium III. Gejala yang timbul berupa demam berulang-ulang 3-5 hari, demam ini dapat hilang pada saat istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat.

 Pemeriksaan fisik (Objektif) dan Keluhan (Sujektif)
- Aktifitas / Istirahat
Gejala : Mudah lelah, intoleransi aktivitas, perubahan pola tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktivitas ( Perubahan TD, frekuensi jantung).

- Sirkulasi
Tanda : Perubahan TD, menurunnya volume nadi perifer, perpanjangan pengisian kapiler.

- Integritas dan Ego
Gejala : Stress berhubungan dengan perubahan fisik, mengkuatirkan penampilan, putus asa, dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah.

- Integumen
Tanda : Kering, gatal, lesi, bernanah, bengkak, turgor jelek.

- Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, permeabilitas cairan.
Tanda : Turgor kulit buruk, edema.

- Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.

- Neurosensoris
Gejala : Pusing, perubahan status mental, kerusakan status indera peraba, kelemahan otot.
Tanda : Ansietas, refleks tidak normal.

- Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala.
Tanda : Bengkak, penurunan rentang gerak.

- Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, panas dan perih, luka, penyakit defisiensi imun, demam berulang, berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit, pelebaran kelenjar limfe.

- Seksualitas
Gejala : Menurunnya libido
Tanda : Pembengkakan daerah skrotalis

- Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian.
Tanda : Perubahan interaksi, harga diri rendah, menarik diri.

 Pemeriksaan diagnostik
Menggunakan sediaan darah malam, diagnosis praktis juga dapat menggunakan ELISA dan rapid test dengan teknik imunokromatografik assay. Jika pasien sudah terdeteksi kuat telah mengalami filariasis limfatik, penggunaan USG Doppler diperlukan untuk mendeteksi pengerakan cacing dewasa di tali sperma pria atau kelenjer mammae wanita.

3.2 Diagnosa keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah bening
2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe
3. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik
4. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada anggota tubuh
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi pada kulit



3.3 Intervensi keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan : Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah bening
Hasil yang diharapkan : Suhu tubuh pasien dalam batas normal.

No. Intervensi Rasional
1. Berikan kompres pada daerah frontalis dan axial
2. Monitor vital sign, terutama suhu tubuh
3. Pantau suhu lingkungan dan modifikasi lingkungan sesuai kebutuhan, misalnya sediakan selimut yang tipis
4. Anjurkan kien untuk banyak minum air putih
5. Anjurkan klien memakai pakaian tipis dan menyerap keringat jika panas tinggi
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi pengobatan (anti piretik).


Rasionalisai :
1. Mempengaruhi pusat pengaturan suhu di hipotalamus, mengurangi panas tubuh yang mengakibatkan darah vasokonstriksi sehingga pengeluaran panas secara konduksi
2. Untuk mengetahui kemungkinan perubahan tanda-tanda vital
3. Dapat membantu dalam mempertahankan / menstabilkan suhu tubuh pasien.
4. Diharapkan keseimbangan cairan tubuh dapat terpenuhi
5. Dengan pakaian tipis dan menyerap keringat maka akan mengurangi penguapan
6. Diharapkan dapat menurunkan panas dan mengurangi infeksi


2. Diagnosa Keperawatan : Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe
Hasil yang diharapkan : Nyeri hilang
Intervensi :
1. Berikan tindakan kenyamanan (pijatan / atur posisi), ajarkan teknik relaksasi.
2. Observasi nyeri (kualitas, intensitas, durasi dan frekuensi nyeri).
3. Anjurkan pasien untuk melaporkan dengan segera apabila ada nyeri.
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi pengobatan (obat anelgetik).

Rasional :
1. Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dapat meningkatkan koping.
2. Menentukan intervensi selanjutnya dalam mengatasi nyeri
3. Nyeri berat dapat menyebabkan syok dengan merangsang sistem syaraf simpatis, mengakibatkan kerusakan lanjutan
4. Diberikan untuk menghilangkan nyeri.

3. Diagnosa keperawatan : Harga Diri Rendah berhubungan dengan perubahan fisik
Hasil yang diharapkan : - Menyatakan gambaran diri lebih nyata
- Menunjukan beberapa penerimaan diri daripada pandangan idealisme
- Mengakui diri sebagai individu yang mempunyai tanggung jawab sendiri

Intervensi :
1. Akui kenormalan perasaan
2. Dengarkan keluhan pasien dan tanggapan – tanggapannya mengenai keadaan yang dialami
3. Perhatikan perilaku menarik diri, menganggap diri negatif, penggunaan penolakan atau tudak terlalu menpermasalahkan perubahan aktual
4. Anjurkan kepada orang terdekat untuk memperlakukan pasien secara normal (bercerita tentang keluarga)
5. Terima keadaan pasien, perlihatkan perhatian kepada pasien sebagai individu
6. Berikan informasi yang akurat. Diskusikan pengobatan dan prognosa dengan jujur jika pasien sudah berada pada fase menerima
7. Kolaborasi :
Rujuk untuk berkonsultasi atau psikoterapi sesuai dengan indikasi Pengenalan perasaan tersebut diharapkan membantu pasien untuk menerima dan mengatasinya secara efektif.

Rasional
1. Memberi petunjuk bagi pasien dalam memandang dirinya, adanya perubahan peran dan kebutuhan, dan berguna untuk memberikan informasi pada saat tahap penerimaan
2. Mengidentifikasi tahap kehilangan / kebutuhan intervensi.
3. Melihat pasien dalam kluarga, mengurangi perasaan tidak berguna, tidak berdaya, dan persaan terisolasi dari lingkungan dan dapat pula memberikan kesempatan pada orang terdekat untuk meningkatkan kesejahteraan.
4. Membina suasana teraupetik pada pasien untuk memulai penerimaan diri
5. Fokus informasi harus diberikan pada kebutuhan – kebutuhan sekarang dan segera lebih dulu, dan dimasukkan dalam tujuan rehabilitasi jangka panjang.
6. Mungkin diperlukan sebagai tambahan untuk menyesuaikan pada perubahan gambaran diri.

4. Diagnosa keperawatan : Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada anggota tubuh
Hasil yang diharapkan : Menunjukkan perilaku yang mampu kembali melakukan aktivitas

Intervensi :
1. Lakukan Retang Pergerakan Sendi (RPS)
2. Tingkatkan tirah baring / duduk
3. Berikan lingkungan yang tenang
4. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi
5. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas

Rasionalisi
1. Meningkatkan kekuatan otot dan mencegah kekakuan sendi
2. Meningkatkan istirahat dan ketenangan, menyediakan enegi untuk penyembuhan
3. tirah baring lama dapat meningkatkan kemampuan
4. Menetapkan kemampuan / kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi
5. kelelahan dan membantu keseimbangan

5. Diagnosa Keperawatan : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi pada kulit
Hasil yang diharapkan : Mempertahankan keutuhan kulit, lesi pada kulit dapat hilang.
Intervensi:
1. Ubah posisi di tempat tidur dan kursi sesering mungkin (tiap 2 jam sekali).
2. Gunakan pelindung kaki, bantalan busa/air pada waktu berada di tempat tidur dan pada waktu duduk di kursi.
3. Periksa permukaan kulit kaki yang bengkak secara rutin.
4. Anjurkan pasien untuk melakukan rentang gerak.
5. Kolaborasi : Rujuk pada ahli kulit. Meningkatkan sirkulasi, dan mencegah terjadinya dekubitus.

Rasionalisasai ;
1. Mengurangi resiko abrasi kulit dan penurunan tekanan yang dapat menyebabkan kerusakan aliran darah seluler.
2. Tingkatkan sirkulasi udara pada permukaan kulit untuk mengurangi panas/ kelembaban.
3. Kerusakan kulit dapat terjadi dengan cepat pada daerah – daerah yang beresiko terinfeksi dan nekrotik.
4. Meningkatkan sirkulasi, dan meningkatkan partisipasi pasien.
5.Mungkin membutuhkan perawatan profesional untuk masalah kulit yang dialami.


Kesimpulan :
Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan oleh beebagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapat pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. ( Dedidwitagama, 2008 ).

Cacing filarial yang menimbulkan filariasis memiliki tiga spesies, yaitu :
1. Wucheria Brancofti
2. Brugia Malayia
3. Brugia Timori

Tipe onset penyakit akut yang lain adalah Dermato Lymphangio Adentis (DLA) yang sindrom dari gejala klinisnya meliputi :
1. Demam tinggi
2. Menggigil
3. Myalgia serta sakit kepala
4. Terdapat plak edema, vesikel, ulkus dan hyperpigmentasi

Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III (L3). Nyamuk tersebut mendapat cacing filarial kecil (mikrofilaria) sewaktu menghisap darah penderita yang mengandung mikrofilaria atau binatang reservoir yang mengandung mikrofilaria.
Pencegahan agar terhindar / tertular dari infeksi penyakit gajah (filariasis) antara lain adalah:
 Berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk vector (mengurangi kontak dengan vector), misalnya dengan:
1. Menggunakan kelambu bula sewaktu akan tidur.
2. Menutup ventilasi rumah dengan kasa nyamuk / kawat nyamuk.
3. Menggunakan obat nyamuk semprot / obat nyamuk baker.
4. Mengoles kulit dengan obat anti nyamuk.
 Dengan cara memberantas nyamuk, misalnya dengan:
1. Membersihkan tanaman air pada rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk.
2. Menimbun.
3. Mengeringkan / mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk
4. Membersihkan semak-semak, got disekitar rumah.
5. Mempelihara ikan pemakan nyamuk didalam kolam / bak mandi.

Secara massal dilakukan didaerah endemis dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazime Citrate (DEC) dikombinasikan dengan Albenzol sekali setahun selama 5/10 tahun, untuk mencegah reaksi samping seperti demam, diberikan paracetamol ; dosis obat untuk sekali minum adalah, DEC 6 mg/kg/BB, Albenzol 400 mg albenzol ( 1 tablet ) ; pengobatan massal dihentikan apabila Mf rate sudah mencapai <1 % ; secara individual/selektif; dilakukan pada kasus klinis, baik stadium dini maupun stadium lanjut, jenis dan obat tergantung dari keadaan kasus.
Dari dulu sampai sekarang DEC merupakan pilihan obat yang murah dan efektif jika belum bersifat kronis. Efek samping dari DEC ialah demam, menggigil, artralgia, sakit kepala, mual, hingga muntah.


4.2 Saran

Kami menyadari bahwa makalah kelompok kami ini jauh dari kata SEMPURNA dan masih banyak kekurangan dalam hal materi yang disampaikan maupun dalam pengetikan. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman yang membaca. Untuk kedepannya kami dapat menyempurnakan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

James Chin. 2006. “ Manual Pemberantasan Penyakit Menular “. Jakarta: EGC.
John C. Bell,dkk. 1995. “ Zoonosis “. Jakarta: EGC.
http://orisinil.com/lifestyle/penyakit-kaki-gajah-filariasis/65
http://www.juraganmedis.com/filariasis-penyakit-kaki-gajah.html
http://dedidwitagama.wordpress.com/2008/03/10/filariasis-kaki-gajah/