Minggu, Februari 28, 2010

ASKEP ARTRITIS RHEMATOID




ASKEP ARTRITIS RHEMATOID (AR) PADA LANSIA
I. Konsep Penyakit
A. Defenisi

  • Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat sistemik, progesif,cenderung kronik yang menyerang berbagai sistem organ. Penyakit ini adalah salah satu sekelompok penyakit jaringan penyambung difus yang diperantai oleh imunitas dan tidak diketahui penyebabnya. Biasanya terjadi destruksi sendi progresif walaupun episode peradangan sendi dapat mengalami masa remisi (Muttaqin, Arif. 2005).
  • Artritis rheumatoid merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan perubahan inflamasi dan degenerative pada banyak sendi-sendi kecil dan sering mengalami cacat berat. (Gibson, 2002)
  • Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. (Diane C. Baughman. 2000)
  • Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour. 2001


  • B. Etiologi

Atritis rheumatoid adalah suatu penyakit autoimun yang timbul pada individu-individu yang rentan setelah respon imun terhadap agen pencetus yang tidak diketahui. Faktor pencetus mungkin adalah suatu bakteri, mikroplasma, virus yang menginfeksi sendi. Biasanya respon antibodi awal terhadap mikro organisme di perantai oleh IgG, walaupun respon ini berhasil menghancurkan mikro organisme namun individu yang mengidap atritis rheumatoid mulai membentuk antibudi lain, biasanya IgM atau IgG, terhadap antibodi IgG semula. Antibodi yang ditunjuk ke komponen tubuh sendiri ini disebut Faktor Rematoid (FR). FR menetap di k


apsul sendi dan menimbulkan peradangn kronik dan destruksi jaringan. Arteritis rheumatoid diperkirakan terjadi karena predisposisi genetik terhadap penyakit autoimun

Pada saat ini Artritis rheumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi


penderita.


C. Anatomi dan Fisiologi

Sendi adalah tempat pertemuan dua tulang atau lebih. Tulang-tulang ini dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligament, tendon, fasia atau otot. Ada tiga tipe sendi sebagai berikut.

  1. Sendi fibrosa (sinartrodial)

Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Sendi fibrosa tidak memiliki lapisan tulang rawan. Tulang yang satu dengan tulang


yang lainnya dihubungkan oleh jaringan penyambung fibrosa. Contohnya adalah sutura pada tulang-tulang tengkorak.

  1. Sendi kartilaginosa (amfiratrodial)

Merupakan sendi yang dapat sedikit bergerak. Sendi kartlaginosa adalah sendi yang ujung-ujung tulangnya dibungkus oleh tulang rawan hialin, disokong oleh ligamen, dan hanya dapat sedikit


bergerak.

Ada dua tipe sendi kartilaginosa

· Sinkondrosis adalah sendi-sendi yang diliputi oleh tulang rawan hialin. Sendi-sendi kostokondral adalah contoh sendinya

· Simpisis adalah sendi yang tulang-tulangnya memiliki hubungan fibrokartilago dan selapis tulang rawan hialin yang menyelimuti permukaan sendi. Simpisi pubis dan sendi-sendi pada tulang punggung adalah contohnya.

  1. Sendi sinovial

Merupakan sendi yang dapat digerakkan dengan bebas. Sendi ini memiliki rongga sendi dan permuka


an sendi dilapisi tulang rawan hialin.

Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalam yang terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah banyak, serta sinovium yang membentuk suatu kantung yang melapisi seluruh sendi dan membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi.

Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi permukaan sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak membeku, dan tidak berwarna. Jumlah yang ditemukan pada tiap-tiap sendi relative kecil (1-3 ml)

Sendi disokong dan diperkuat pada bagian luar oleh otot dan tendon. Stabilitas sendi sebagaian bergantun


g pada bentuk tulang yang terlibat, terutama pada tonus dan kekuatan otot yang mengelilingi dan bekerja pada sendi tersebut dan pada tendon yang ada pada sendi tersebut. Banyak pembuluh darah di sekitar sendi yang mendispresi panas yang dihasilkan oleh gerakan yang berulang.


D.Patofisiologi

Pada arteritis rheumatoid, reaksi autoimun (yang sudah dijelaskan diatas) terutama terjadi dalam jaringan sinovia


. Proses pagositosis menghasilakan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliperasi membrane sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan menggangu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degenerasi dengan menghilangnya elastisitas otot dan kontraksi otot.


E. Gambaran klinis


Menurut Corwin. J. E (2001) manifestasi klinis pada Arteriris Reumatoid antara lain:

  1. Awitan arteritis rheumatoid ditandai dengan gejala umum peradangan berupa demam, rasa lelah, nyeri tubuh dan pembengkakan sendi.
  2. nyeri dan kekakuan sendi, mula-mula disebabkan oleh peradangan akut dan kemudian pembentukan jaringan parut, sendi metakarpal dan pergelangan tangan biasanya adalah

  1. sendi-sendi yang pertama kali terkena. Kekakuan paling parah terjadi pada pagi hari dan mengenai sendi secara lateral
  2. Rentang gerak berkurang, timbul deformitas sendi dan kontraksi otot.
  3. Terbentuk nodus-nodus rematoid ekstrasinovium pada sekitar 20% individu pengidap artiritis rheumatoid. Pembengkakan ini terdiri dari sel-sel darah putih dan sisa sel yang terdapat di daerah trauma atau peningkatan tekanan. Nodus biasanya membentuk di jaringan subkutis di atas siku dan jari tangan.



F. Kriteria Diagnostik Arthritis Rheumatoid (American Rheumatism Association, ARA)

1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari (Morning Stiffness).

2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu sendi

3. Pembengkakan (oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan) pada salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.

4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.

5. Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.

6. Nodul subkutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.

7. Gambaran foto rontagen yang khas pada arthritis rheumatoid.

8. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid

9. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia

Berdasarkan kriteria ini maka disebut :

· Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu

· Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu.

· Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 4 minggu.


G. Komplikasi

  • Dapat terbentuk nodus rheumatoid extrasinovium di katup jantung, paru, mata atau limpa. Fungsi pernafasan atau jantung dapat terganggu dan juga dapat timbul glukoma.
  • Vaskulitis (peradangan system vaskuler) dapat menyebabkan thrombosis dan infarak

H. Pemeriksaan Diagnostik

  • Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus.
  • Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.
  • Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.
  • LED : Umumnya meningkat pesat (80-100 mm/h) mungkin kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat
  • Protein C-reaktif: Positif selama masa eksaserbasi.
  • JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang.
  • Ig (Ig M dan Ig G): peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai penyebab AR
  • Sinar x dari sendi yang sakit: menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaa
  • Scan radionuklida: identifikasi peradangan sinovium
  • Artroskopi Langsung: Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
  • Aspirasi cairan sinovial: mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen (C3 dan C4).
  • Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas


  • I. Penatalaksanaan Medis

Oleh karena kausa pasti arthritis Reumatoid tidak diketahui maka tidak ada pengobatan kausatif yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Hal ini harus benar-benar dijelaskan kepada penderita sehingga tahu bahwa pengobatan yang diberikan bertujuan mengurangi keluhan/gejala memperlambat progresifvitas penyakit.
Tujuan utama dari program penatalaksanaan/ perawatan adalah sebagai berikut :

1. Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan

2. Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari penderita

3. Untuk mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi

4. Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang lain

Sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut di atas, yaitu:

a. Pendidikan

Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah memberikan pendidikan yang cukup tentang penyakit kepada penderita, keluarganya dan siapa saja yang berhubungan dengan penderita. Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian, patofisiologi (perjalanan penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis) penyakit ini, semua komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini dan metode efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan ini harus dilakukan secara terus-menerus.

b. Istirahat

Istirahat merupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah yang hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari, tetapi ada masa dimana penderita merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita harus membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali waktu beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat

c. Latihan Fisik dan Termoterapi

Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua kali sehari. Obat untuk menghilangkan nyeri perlu diberikan sebelum memulai latihan. Kompres panas pada sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri. Mandi parafin dengan suhu yang bisa diatur serta mandi dengan suhu panas dan dingin dapat dilakukan di rumah. Latihan dan termoterapi ini paling baik diatur oleh pekerja kesehatan yang sudah mendapatkan latihan khusus, seperti ahli terapi fisik atau terapi kerja. Latihan yang berlebihan dapat merusak struktur penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh adanya penyakit.

d. Diet/ Gizi

Penderita Reumatik tidak memerlukan diet khusus. Ada sejumlah cara pemberian diet dengan variasi yang bermacam-macam, tetapi kesemuanya belum terbukti kebenarannya. Prinsip umum untuk memperoleh diet seimbang adalah penting.

e. Obat-obatan

Pemberian obat adalah bagian yang penting dari seluruh program penatalaksanaan penyakit reumatik. Obat-obatan yang dipakai untuk mengurangi nyeri, meredakan peradangan dan untuk mencoba mengubah perjalanan penyakit.

II. Konsep Keperawatan

A. Pengkajian

a) Aktivitas/istirahat

Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris

Tanda: Keterbatasan rentang gerak; atropi otot, kelainan pada sendi dan otot

b) Kardiovaskuler

Gejala: Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki, misal: sianosis, pucat, kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal)

c) Integritas Ego

Gejala: Factor-faktor stress akut/ kronis

Ancaman pada konsep diri; citra tubuh dan identitas pribadi (missal: Katergantungan kepeda orang lain)

d) Makanan/cairan

Gejala: Ketidak mampuan untuk menghasilakan/ mengkonsumsi makanan, cairan adekuat

Kesulitan untuk mengunyah

Tanda: Penurunan berat badan dan kekerinagan pada membrane mukosa

e) Hygine

Gejala: Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.

Ketergantungan pada orang lain

f) Neurosensori

Gejala: Kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensai pada jari tangan dan terjadinya pembengkakan sendi

g) Nyeri/ kenyamanan

Gejala: Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jarinagan lunak pada sendi)

h) Keamanan

Gejala: Kulit mengkilat, nodul subkutaneus

Lesi kulit, ulkus kaki

Demam ringan menetap

i) Interaksi Sosial

Gejala: Kerusakan interaksi dengan/orang lain; perubahan peran; isolasi

j) Penyuluhan/ pembelajaran

Gejala: Riwayat AR pada keluarga

B. Prioritas Keperawatan

1. Menghilangkan nyeri

2. Meningkatkan mobilitas.

3. Meningkatkan monsep diri yang positif

4. Mendukung kemandirian

5. Memberikan informasi mengenai proses penyakit/ prognosis dan keperluan pengobatan.

C. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut/ kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.

2. Kerusakan mobilitas fisik; intoleransi aktivitas berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot.

3. Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.

4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat.
kesalahan interpretasi informasi.

D. Intervensi Keperawatan

Dx 1: Nyeri akut/ kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.

Dapat dibuktikan oleh:

o Keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan.

o Perilaku distraksi/ respons autonomic

o Berfokus pada diri sendiri/ penyempitan fokus

o Perilaku yang bersifart hati-hati/ melindungi

Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:

o Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol

o Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.

o Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.

Intervensi

Rasional

- Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan

- Tempatkan/ pantau penggunaan bantal, karung pasir dan brace

- Berikan masase yang lembut

- Kaji ulang keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal

- Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya

- Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/nyeri

- Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi

- Meningkatkan relaksasi/ mengurangi nyeri

- Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program

- Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan

Dx II: Kerusakan mobilitas fisik; intoleransi aktivitas berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot.

Dapat dibuktikan oleh:

o Keengganan untuk mencoba bergerak/ ketidakmampuan untuk dengan sendiri bergerak dalam lingkungan fisik.

o Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan otot/ kontrol dan massa (tahap lanjut).

Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan:

o Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.

o Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau konpensasi bagian tubuh.

o Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas

Intervensi

Rasional

- Berikan matras busa/ pengubah tekanan

- Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace.

- Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganggu

- Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda.

- Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan

- Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi imobilitas

- Meningkatkan stabilitas jaringan da mempertahankan posisi sendi dan kesejahteran tubuh serta mengurangi kontraktur

- Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan

- Menghindari cidera akibat kecelakaan/ jatuh

- Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas

Dx III: Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.

Dapat dibuktikan oleh :

o Perubahan fungsi dari bagian-bagian yang sakit.

o Bicara negatif tentang diri sendiri

o Fokus pada kekuatan masa lalu

o Penampilan dan Perubahan pada gaya hidup/ kemapuan fisik untuk melanjutkan peran, kehilangan pekerjaan, ketergantungan p[ada orang terdekat.

o Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi.

o Perasaan tidak berdaya, putus asa.

Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi:

o Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan.

o Menyusun rencana realistis untuk masa depan

Intervensi

Rasional

- Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.

- Diskeusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangan pribadi pasien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual

- Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan.

- Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan

- Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan perubahan.

- Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.

- Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.

- Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong berpartisipasi dalam terapi

- Berikan bantuan positif bila perlu

- Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung

- Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi/ konseling lebih lanjut

- Isyarat verbal/non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri.

- Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan umum terjadi

- Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan perubahan.

- Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat meningkatkan perasaan harga diri

- Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong berpartisipasi dalam terapi

- Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri

- Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya sendiri. Menguatkan perilaku positif.

Dx IV. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

Dapat dibuktikan oleh:

o Ketidakmampuan untuk mengatur kegiatan sehari-hari.

Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :

o Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual.

o Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.

o Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.

Intervensi

Rasional

- Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.

- Pertakhankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.

- Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi /rencana untuk modifikasi lingkungan.

- Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini

- Mendukung kemandirian fisik/emosional

- Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri.

Dx V: Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ), mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat.
kesalahan interpretasi informasi.

Dapat dibuktikan oleh:

o Pertanyaan/ permintaan informasi, pernyataan kesalahan konsep.

o Tidak tepat mengikuti instruksi/ terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.

Hasil yangdihapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:

o Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.

o Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.

Intervensi

Rasional

- Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.

- Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet,obat-obatan, dan program diet seimbang, l;atihan dan istirahat.

- Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis, istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stres.

- Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak mengandung vitamin, protein dan zat besi.

- Berikan informasi mengenai alat bantu.

- Diskusikan tekinik menghemat energi, mis: duduk daripada berdiri untuk mempersiapkan makanan dan mandi.

- Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada sat istirahat maupun pada waktu melakukan aktivitas, misalnya menjaga agar sendi tetap meregang , tidak fleksi, menggunakan bebat untuk periode yang ditentukan, menempatkan tangan dekat pada pusat tubuh selama menggunakan, dan bergeser daripada mengangkat benda jika memungkinkan.

- Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.

- Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri/ jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas

- Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses penyakit kronis kompleks

- Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan jaringan

- Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan memungkinkan individu untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan

- Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri, dan kemandirian.

- Mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup pasien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri

E. Evaluasi

1. Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol

2. Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.

3. Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.

4. Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.

5. Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau konpensasi bagian tubuh.

6. Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas

7. Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan.

8. Menyusun rencana realistis untuk masa depan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar